Dampak Tantrum terhadap Perkembangan Anak
Meskipun tantrum sering dianggap sebagai perilaku negatif, hal ini tidak sepenuhnya buruk. Dalam jangka pendek, tantrum memungkinkan anak untuk melepaskan emosi yang mereka tidak tahu cara mengatasinya. Namun, dalam jangka panjang, cara orang tua merespons tantrum sangat menentukan bagaimana anak belajar mengelola emosi mereka di masa depan.
Jika kamu merespons tantrum dengan marah atau memberikan apa yang anak inginkan untuk menghentikan tangisan mereka, anak mungkin belajar bahwa tantrum adalah cara efektif untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Sebaliknya, jika kamu merespons dengan tenang dan konsisten, anak akan belajar bahwa ada cara lain yang lebih baik untuk mengatasi frustrasi.
Dalam penelitian yang dipublikasikan di Journal of Child Psychology and Psychiatry, para ahli menemukan bahwa anak-anak yang tantrumnya sering diabaikan tanpa panduan, cenderung mengalami kesulitan dalam mengelola emosi mereka di masa dewasa. Sebaliknya, anak-anak yang diberi dukungan dan bimbingan saat tantrum memiliki kemampuan emosional yang lebih baik ketika mereka tumbuh dewasa.
Kapan Tantrum Dianggap Tidak Wajar?
Meskipun tantrum adalah bagian dari perkembangan normal, ada beberapa situasi di mana perilaku ini bisa menjadi tanda masalah yang lebih serius. Misalnya, jika tantrum terjadi terlalu sering, berlangsung sangat lama (lebih dari 30 menit), atau melibatkan perilaku ekstrem seperti menyakiti diri sendiri atau orang lain, kamu perlu waspada.
Pada anak yang lebih besar (di atas 5 tahun), tantrum yang intens bisa menjadi indikasi gangguan emosional atau perkembangan. Misalnya, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) atau gangguan spektrum autisme sering kali diiringi dengan tantrum yang sulit dikendalikan. Dalam kasus seperti ini, konsultasi dengan psikolog anak sangat disarankan untuk mengevaluasi kebutuhan anak secara mendalam.
Cara Efektif Mengatasi Tantrum
Mengelola tantrum membutuhkan kesabaran, konsistensi, dan pemahaman yang mendalam tentang kondisi anak. Salah satu langkah pertama yang penting adalah tetap tenang. Anak sering kali "mencerminkan" emosi orang tua mereka. Jika kamu tetap tenang, anak akan lebih mudah merasa aman dan tenang.
Cobalah untuk mengalihkan perhatian anak ketika tanda-tanda tantrum mulai muncul. Kadang, menawarkan sesuatu yang menarik, seperti mainan atau buku favorit, dapat mengalihkan fokus mereka dari rasa frustrasi. Namun, jika tantrum sudah terjadi, biarkan anak mengekspresikan emosi mereka tanpa intervensi yang berlebihan. Pastikan lingkungan di sekitar aman sehingga anak tidak melukai diri mereka sendiri.
Setelah tantrum mereda, ajak anak berbicara tentang apa yang mereka rasakan. Jelaskan bahwa marah adalah perasaan yang normal, tetapi penting untuk mengekspresikannya dengan cara yang lebih baik. Dengan komunikasi yang tepat, anak akan belajar memahami emosinya sendiri.