Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Pacaran di Usia Belia, Sebuah Tantangan Modern?

24 Desember 2024   16:30 Diperbarui: 24 Desember 2024   18:39 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pacaran Remaja. di Buat dengan MetaAI

Masalah Psikologis dan Sosial yang Muncul

Di balik sisi positifnya, pacaran di usia belia juga menyimpan berbagai risiko, terutama dari segi psikologis. Salah satu tantangan terbesar adalah kurangnya kedewasaan emosional. Remaja yang baru mulai menjalin hubungan sering kali tidak tahu bagaimana cara menangani konflik secara sehat. Akibatnya, hubungan yang awalnya terlihat indah bisa berubah menjadi hubungan yang penuh dengan drama dan konflik.

Banyak kasus menunjukkan bahwa hubungan romantis di usia muda sering kali diwarnai oleh rasa cemburu yang berlebihan, kontrol yang tidak sehat, atau bahkan kekerasan emosional. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Adolescent Health menunjukkan bahwa kekerasan dalam pacaran remaja, baik secara fisik maupun emosional, adalah masalah yang cukup serius. Kekerasan ini sering kali terjadi karena ketidaktahuan remaja tentang batasan-batasan dalam hubungan.

Selain itu, pacaran di usia belia juga bisa berdampak pada prestasi akademik. Tidak sedikit remaja yang terlalu fokus pada pasangan mereka, sehingga melupakan tanggung jawab mereka di sekolah. Sebuah survei yang dilakukan di beberapa sekolah di Indonesia menunjukkan bahwa siswa yang memiliki hubungan romantis cenderung mengalami penurunan nilai akademik. Hal ini terjadi karena mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk berkomunikasi dengan pasangan daripada belajar.

Dampak Teknologi dan Media Sosial

Di era digital ini, media sosial memainkan peran yang sangat besar dalam membentuk persepsi remaja tentang cinta dan hubungan romantis. Akses yang mudah ke berbagai konten tentang hubungan membuat remaja semakin ingin meniru apa yang mereka lihat. Namun, media sosial sering kali memberikan gambaran yang tidak realistis tentang hubungan.

Kamu mungkin sering melihat pasangan selebriti muda yang terlihat bahagia di Instagram. Padahal, di balik layar, hubungan mereka bisa saja penuh dengan konflik. Sayangnya, remaja yang melihat konten seperti ini cenderung membandingkan hubungan mereka dengan apa yang mereka lihat di media sosial. Hal ini tidak hanya menciptakan tekanan, tetapi juga ekspektasi yang tidak sehat dalam hubungan.

Selain itu, media sosial juga menjadi tempat di mana remaja merasa perlu untuk memamerkan hubungan mereka. Fenomena seperti ini sering kali membuat hubungan romantis menjadi ajang kompetisi, bukan lagi tentang perasaan tulus antara dua orang.

Peran Orang Tua dan Pendidikan dalam Mengatasi Masalah

Mengatasi fenomena pacaran di usia belia membutuhkan pendekatan yang komprehensif. Peran orang tua adalah hal yang sangat penting. Sebagai remaja, kamu mungkin merasa bahwa orang tua sering terlalu mengatur atau melarang. Tetapi, sebenarnya, orang tua hanya ingin memastikan bahwa kamu tidak salah langkah.

Alih-alih melarang keras, orang tua perlu menjadi pendengar yang baik. Ketika kamu merasa nyaman untuk berbicara dengan orang tua tentang perasaanmu, mereka akan lebih mudah memberikan nasihat yang relevan. Pendekatan seperti ini jauh lebih efektif daripada melarang tanpa memberikan alasan yang jelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun