Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Mengajarkan Anak Mandiri Sejak Dini

16 Desember 2024   16:37 Diperbarui: 16 Desember 2024   16:37 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di zaman yang serba cepat seperti sekarang, banyak orang tua menghadapi dilema besar dalam pola pengasuhan anak. Di satu sisi, ada dorongan untuk selalu memberikan yang terbaik dan melindungi mereka dari berbagai kesulitan. Namun, di sisi lain, membesarkan anak yang terlalu bergantung pada orang tua bisa berdampak buruk pada perkembangan mental dan emosional mereka. Salah satu solusi terbaik yang bisa dilakukan adalah mengajarkan anak mandiri sejak usia dini.

Kemandirian bukan hanya soal anak mampu melakukan sesuatu tanpa bantuan, tetapi juga tentang bagaimana mereka membangun kepercayaan diri, tanggung jawab, dan kemampuan untuk mengambil keputusan dengan bijak. Namun, proses ini tidak terjadi begitu saja. Dibutuhkan waktu, kesabaran, dan konsistensi dalam mendidik anak agar mampu berdiri di atas kaki mereka sendiri, baik secara fisik maupun emosional.

Kenapa Kemandirian Itu Penting?

Mungkin kamu pernah mendengar cerita tentang anak-anak yang merasa canggung atau takut mengambil keputusan sendiri. Mereka selalu menoleh ke orang tua untuk meminta persetujuan, bahkan untuk hal-hal sederhana seperti memilih pakaian atau memutuskan ingin makan apa. Situasi ini, meskipun terlihat biasa, menunjukkan adanya pola ketergantungan yang bisa menjadi masalah serius di masa depan.

Menurut sebuah penelitian dari Journal of Child Development, anak-anak yang dididik dengan pendekatan kemandirian sejak usia dini memiliki kemampuan pemecahan masalah yang lebih baik, serta lebih mampu menghadapi tekanan di kemudian hari. Sebaliknya, anak-anak yang terlalu sering dilindungi atau dimanja cenderung kesulitan dalam mengelola emosi dan mengambil tanggung jawab atas tindakannya.

Sebagai contoh, mari kita lihat sebuah ilustrasi cerita. Seorang remaja bernama Aldi, 16 tahun, mengaku sering merasa takut mengambil keputusan penting, seperti memilih jurusan sekolah atau mencoba hal baru. Saat diwawancarai, ia mengatakan bahwa sepanjang hidupnya, orang tuanya selalu mengambil alih segala keputusan, bahkan untuk hal-hal kecil seperti menyiapkan pakaian atau menyusun jadwal harian. Ketergantungan ini membuat Aldi kehilangan kepercayaan diri dan sering merasa cemas jika dihadapkan pada situasi yang membutuhkan inisiatif.

Kasus seperti ini menjadi bukti nyata bahwa kemandirian adalah keterampilan yang tidak bisa diabaikan dalam pola asuh anak. Jika tidak ditanamkan sejak dini, anak bisa tumbuh dengan kepribadian yang rapuh, sulit mengambil keputusan, dan kurang percaya diri.

Tantangan dalam Mengajarkan Kemandirian

Mengajarkan anak untuk mandiri memang tidak selalu berjalan mulus. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi orang tua adalah keinginan untuk "segera membantu". Banyak orang tua merasa tidak tega melihat anak kesulitan, sehingga mereka cenderung mengambil alih tugas anak demi mempercepat proses atau menghindari kegagalan.

Misalnya, saat anak mencoba mengikat tali sepatu sendiri, orang tua seringkali tergoda untuk melakukannya lebih cepat karena takut terlambat. Padahal, biarkan anak melakukan kesalahan kecil seperti salah memasukkan tali adalah bagian penting dari proses pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun