Fenomena "Remaja Jompo" dan Kesehatan Mental
Fenomena "remaja jompo" adalah manifestasi dari beban mental yang dihadapi generasi muda akibat kemacetan. Dalam survei yang dilakukan oleh platform kesehatan mental, Riliv, lebih dari 60 persen responden muda mengaku bahwa perjalanan panjang di jalanan sering kali membuat mereka stres. Mereka merasa waktu yang terbuang sia-sia tersebut mengurangi kesempatan untuk melakukan hal-hal yang mereka sukai atau butuhkan, seperti bertemu teman, membaca, atau sekadar beristirahat di rumah.
Tekanan ini menjadi lebih kompleks ketika dikombinasikan dengan ekspektasi akademik atau profesional yang tinggi. Mahasiswa yang harus menyelesaikan tugas-tugas mereka sering kali terpaksa begadang setelah seharian penuh berjuang di jalan. Akibatnya, mereka tidak mendapatkan tidur yang cukup, yang merupakan faktor penting untuk kesehatan mental dan fisik. Hal serupa juga dialami pekerja muda yang merasa harus terus tampil produktif meski tubuh mereka sudah lelah.
Dalam jangka panjang, kurangnya waktu istirahat ini dapat menyebabkan gangguan tidur, penurunan daya tahan tubuh, hingga burnout. Burnout, atau kondisi kelelahan emosional dan fisik yang ekstrem, kini semakin sering ditemukan pada generasi muda, terutama mereka yang tinggal di kota besar.
Imbas Sosial dari Kemacetan
Tidak hanya berdampak pada individu, kemacetan juga memiliki dampak sosial yang signifikan. Generasi muda yang terjebak dalam rutinitas perjalanan panjang sering kali kehilangan waktu untuk bersosialisasi. Banyak dari mereka merasa terlalu lelah untuk berkumpul dengan keluarga atau teman setelah seharian berada di jalan. Dalam jangka panjang, keterasingan sosial ini dapat memengaruhi hubungan interpersonal mereka.
Selain itu, waktu yang terbuang di jalan juga mengurangi kesempatan mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan komunitas atau pengembangan diri. Misalnya, banyak anak muda yang ingin mengikuti kursus atau kegiatan sukarela, tetapi terpaksa membatalkan rencana tersebut karena keterbatasan waktu akibat perjalanan panjang.
Mencari Solusi yang Realistis
Meskipun kemacetan adalah masalah yang kompleks, beberapa langkah strategis dapat diambil untuk meminimalkan dampaknya pada generasi muda. Pemerintah, misalnya, dapat mempercepat pembangunan infrastruktur transportasi umum yang nyaman, cepat, dan efisien. Data dari ITDP (Institute for Transportation and Development Policy) menunjukkan bahwa transportasi massal yang terintegrasi mampu mengurangi waktu tempuh hingga 30 persen di kota-kota besar.
Selain itu, perusahaan juga memiliki peran penting dalam memberikan fleksibilitas kepada karyawannya. Sistem kerja fleksibel atau hybrid, yang memungkinkan karyawan untuk bekerja dari rumah beberapa hari dalam seminggu, dapat membantu mengurangi beban perjalanan. Hal ini juga menjadi salah satu strategi yang diterapkan banyak perusahaan selama pandemi COVID-19, yang terbukti meningkatkan keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi.
Di sisi individu, generasi muda perlu belajar mengelola waktu dengan lebih bijak. Misalnya, mereka dapat memanfaatkan waktu di perjalanan untuk melakukan aktivitas yang menyenangkan, seperti mendengarkan musik, podcast, atau bahkan meditasi. Selain itu, menjaga kesehatan tubuh melalui olahraga ringan dan pola makan yang sehat juga penting untuk menghadapi tantangan ini.