Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengupas Skizofernia Lebih Mendalam

9 Desember 2024   19:21 Diperbarui: 9 Desember 2024   19:21 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Skizofernia.Pixabay.com/geralt 

Bayangkan kamu menjalani hari-hari dengan suara-suara asing yang terus membisikkan hal-hal aneh di telingamu. Bayangkan pula dunia tempatmu tinggal perlahan berubah menjadi tempat yang dipenuhi bayangan samar, yang sulit kamu bedakan antara nyata atau ilusi. Begitulah kira-kira pengalaman yang dialami oleh seseorang dengan skizofrenia. Sayangnya, meskipun kompleksitas ini telah banyak diteliti, masyarakat masih sering terjebak dalam stigma dan mitos yang tidak akurat.

Skizofrenia bukan hanya tentang gangguan kejiwaan, melainkan tentang bagaimana sebuah kondisi bisa begitu memengaruhi esensi kemanusiaan seseorang. Artikel ini akan mengupas lebih dalam tentang skizofrenia, dari sisi medis hingga sosial, serta memberikan wawasan segar untuk membangun empati dan kesadaran yang lebih baik.

Apa yang Dimaksud dengan Skizofrenia?

Secara medis, skizofrenia adalah gangguan mental kronis yang memengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan, dan berinteraksi dengan dunia di sekitarnya. Gangguan ini sering disalahartikan sebagai "kepribadian ganda" karena kurangnya pemahaman masyarakat. Padahal, skizofrenia adalah gangguan yang jauh lebih kompleks dan sama sekali tidak berkaitan dengan pembagian kepribadian.

Menurut penelitian yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA), skizofrenia memengaruhi sekitar 1% populasi global. Kendati jumlahnya tampak kecil, dampaknya sangat besar. Seseorang dengan skizofrenia dapat kehilangan kemampuan untuk menjalani kehidupan sehari-hari yang normal, terutama jika tidak mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat.

Membongkar Mitos yang Melekat pada Skizofrenia

Salah satu hambatan terbesar dalam penanganan skizofrenia adalah stigma yang melingkupinya. Mitos bahwa orang dengan skizofrenia adalah "gila" atau berbahaya merupakan contoh nyata dari kurangnya pengetahuan masyarakat. Data dari WHO menunjukkan bahwa stigma menjadi penyebab utama mengapa banyak penderita skizofrenia enggan mencari bantuan.

Tidak hanya itu, media juga memiliki peran dalam membentuk persepsi negatif. Dalam berbagai film atau pemberitaan, orang dengan skizofrenia sering digambarkan sebagai sosok yang tidak rasional, bahkan sebagai pelaku kejahatan. Padahal, penelitian menunjukkan bahwa penderita skizofrenia lebih cenderung menjadi korban kekerasan dibandingkan menjadi pelaku. Gambaran keliru seperti ini tidak hanya memperburuk stigma, tetapi juga menghambat penerimaan masyarakat terhadap mereka.

Mengapa Skizofrenia Terjadi?

Hingga kini, skizofrenia belum sepenuhnya dipahami oleh para ahli. Namun, banyak penelitian menyepakati bahwa penyebabnya adalah kombinasi antara faktor genetik, lingkungan, dan ketidakseimbangan kimia di otak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun