Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tantangan yang Menjerat Industri Teh Indonesia

5 Desember 2024   10:37 Diperbarui: 5 Desember 2024   11:11 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Daun Teh.Pixabay.com/highnesser 

Indonesia menghadapi persaingan ketat dari produsen teh besar seperti India, Sri Lanka, dan Kenya. Negara-negara ini tidak hanya memiliki lahan yang lebih luas, tetapi juga teknologi pengolahan yang lebih maju dan strategi pemasaran yang lebih terencana.

 Sebagai contoh, India mampu memproduksi teh Assam dan Darjeeling dengan kualitas premium yang mendapatkan pengakuan internasional, sementara Kenya dikenal dengan teh hitamnya yang unggul di pasar global.

Sebaliknya, teh Indonesia sering kali dipandang kurang konsisten dalam hal kualitas. Selain itu, mayoritas teh yang diekspor berupa bahan mentah, sehingga nilainya jauh lebih rendah dibandingkan teh olahan atau produk turunan.

3. Ketergantungan pada Ekspor Bahan Mentah

Hampir 70% produksi teh Indonesia diekspor dalam bentuk bahan mentah. Proses ini membuat nilai tambah produk teh Indonesia kalah dibandingkan dengan negara-negara lain yang telah berhasil mengembangkan produk hilir seperti teh kemasan, teh celup, atau minuman siap saji. Dengan sedikitnya produk bernilai tambah, teh Indonesia sulit bersaing dalam kategori produk premium di pasar internasional.

4. Dampak Perubahan Iklim

Perubahan iklim memberikan dampak serius pada perkebunan teh. Suhu yang terus meningkat, pola curah hujan yang tidak menentu, hingga ancaman bencana alam seperti banjir dan longsor memengaruhi produktivitas kebun teh. Daerah-daerah yang sebelumnya menjadi sentra produksi kini sering mengalami gagal panen akibat cuaca ekstrem.

Petani teh yang menggantungkan hidup dari hasil panen juga semakin terpuruk. Mereka harus menghadapi risiko kehilangan pendapatan tanpa ada jaminan perlindungan dari pemerintah atau perusahaan pengelola kebun.

5. Kurangnya Minat Generasi Muda

Tenaga kerja di sektor teh sebagian besar terdiri dari generasi tua. Regenerasi tenaga kerja menjadi masalah serius karena generasi muda kurang tertarik untuk terjun ke dunia perkebunan. Sektor ini dianggap tidak menjanjikan secara finansial dan kurang menarik dibandingkan pekerjaan di sektor lain. Akibatnya, banyak kebun teh yang kekurangan tenaga kerja berkualitas.

6. Kurangnya Branding dan Promosi Teh Lokal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun