Indonesia pernah berjaya sebagai salah satu produsen teh terbaik dunia. Teh yang dihasilkan dari perkebunan di dataran tinggi Jawa dan Sumatera dikenal karena rasa dan aromanya yang khas. Namun, di balik sejarah gemilang tersebut, industri teh Indonesia kini menghadapi tantangan besar yang mengancam kelangsungan hidupnya. Penurunan produktivitas, persaingan global, hingga perubahan iklim menjadi batu sandungan yang sulit dihindari.Â
Apa yang sebenarnya terjadi?Â
Jejak Keemasan Teh Indonesia
Pada abad ke-19, teh menjadi komoditas utama yang diandalkan pemerintah kolonial Belanda untuk mendongkrak pendapatan. Lahan-lahan subur di Jawa dikembangkan menjadi perkebunan teh besar, memanfaatkan iklim tropis yang cocok untuk pertumbuhannya. Teh Indonesia menembus pasar Eropa dan menjadi simbol kemakmuran agrikultur negeri ini.
Namun, dinamika pasar global yang berubah, bersamaan dengan tantangan domestik yang kompleks, membuat kejayaan tersebut perlahan memudar. Indonesia kini berada di peringkat ketujuh sebagai produsen teh dunia, jauh di bawah India, Sri Lanka, atau Kenya. Padahal, potensi teh Indonesia tidak kalah besar jika dikelola dengan baik.
Tantangan yang Menjerat Industri Teh Indonesia
1. Penurunan Luas Lahan dan Produktivitas Tanaman
Luas lahan perkebunan teh Indonesia terus menyusut. Data dari Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa sejak tahun 2000 hingga sekarang, lebih dari 30% lahan perkebunan teh telah dialihfungsikan untuk kebutuhan lain, seperti perkebunan kelapa sawit, permukiman, atau proyek infrastruktur. Penurunan luas lahan ini berdampak langsung pada menurunnya produksi teh secara nasional.
Tak hanya itu, banyak tanaman teh di Indonesia sudah tua dan kurang produktif. Usia tanaman teh yang sudah lebih dari 50 tahun mengakibatkan kualitas daun teh menurun. Proses regenerasi tanaman sering terhambat karena biaya tinggi dan kurangnya dukungan teknologi untuk meningkatkan hasil panen.
2. Tekanan Persaingan di Pasar Global