Teh termasuk salah satu minuman paling populer  dan memiliki penggemarnya sendiri di dunia, termasuk di Indonesia. Tapi, apakah kamu tahu bahwa sejarah teh di Indonesia adalah kisah panjang yang tak lepas dari penjajahan, inovasi, hingga pengaruh budaya lokal? Artikel ini akan membawa kamu menelusuri perjalanan teh di Indonesia, bagaimana teh diperkenalkan, dikembangkan, dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Nusantara.
Awal Perjalanan Bagaimana Teh Masuk ke Indonesia?
Perjalanan teh di Indonesia dimulai pada abad ke-17. Kala itu, Indonesia berada di bawah kendali VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie). Pada tahun 1684, Andreas Cleyer, seorang pejabat VOC, membawa bibit teh dari Tiongkok ke Batavia. Awalnya, bibit ini hanya digunakan sebagai tanaman hias di kebun-kebun pejabat kolonial.
Namun, potensi ekonomi teh mulai disadari pada abad ke-19. Ketika pemerintah kolonial Belanda melihat keberhasilan teh sebagai komoditas utama di Tiongkok dan India, mereka memutuskan untuk mengembangkan perkebunan teh di Hindia Belanda. Tanah yang subur dan iklim tropis Indonesia, khususnya di daerah pegunungan Jawa Barat, menjadi lokasi ideal untuk budidaya teh.
Pada tahun 1827, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Johannes van den Bosch, memperkenalkan sistem tanam paksa atau cultuurstelsel. Melalui sistem ini, petani pribumi dipaksa menanam tanaman ekspor seperti kopi, gula, dan teh. Hasilnya diekspor ke pasar Eropa untuk memperkaya pemerintah kolonial.
Perkembangan Perkebunan Teh di Masa Kolonial
Pada era tanam paksa, teh mulai ditanam secara massal di daerah Priangan, Jawa Barat. Daerah ini dikenal dengan iklimnya yang sejuk dan tanahnya yang kaya nutrisi, menjadikannya ideal untuk tanaman teh. Pemerintah kolonial membangun perkebunan besar di wilayah ini dan mendatangkan ahli teh dari Tiongkok untuk melatih para pekerja lokal.
Namun, sistem tanam paksa membawa penderitaan bagi masyarakat pribumi. Para petani diwajibkan menyerahkan sebagian besar hasil panen mereka kepada pemerintah kolonial tanpa mendapat imbalan yang layak. Kondisi kerja yang keras dan eksploitasi tenaga kerja menjadi bagian suram dari sejarah perkebunan teh di Indonesia.
Meskipun demikian, pada akhir abad ke-19, teh berhasil menjadi salah satu komoditas ekspor utama Hindia Belanda. Permintaan teh dari pasar Eropa meningkat pesat, menjadikan Hindia Belanda sebagai salah satu pemain penting dalam perdagangan teh global.
Budaya Teh di Kalangan Lokal