Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rempah adalah Harta Kartun Indonesia yang Tak Lekang Waktu

2 Desember 2024   08:10 Diperbarui: 2 Desember 2024   08:43 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Rempah. Pixabay.com/westerper 

Pala
Pala dari Banda dikenal sebagai yang terbaik di dunia. Minyak atsiri yang dihasilkan dari biji pala sering digunakan dalam industri kosmetik, farmasi, hingga kuliner.

  • Kayu Manis
    Sumatra dan Jawa menjadi pusat produksi kayu manis. Rempah ini sering digunakan dalam minuman hangat, seperti teh dan kopi, serta dalam masakan internasional.

  • Lada
    Lada putih dari Bangka dan lada hitam dari Lampung adalah contoh keunggulan Indonesia dalam menghasilkan rempah berkualitas tinggi yang banyak diekspor ke luar negeri.

  • Keanekaragaman rempah ini tidak hanya memperkaya kuliner Nusantara, tetapi juga menjadi identitas lokal yang mencerminkan budaya dan kearifan lokal masyarakat.

    Rempah dan Tantangan yang Mengancam Keberlanjutannya

    Meskipun rempah-rempah menjadi kebanggaan Indonesia, ada berbagai tantangan yang mengancam keberlanjutannya. Berikut adalah beberapa masalah utama:

    1. Alih Fungsi Lahan
      Banyak lahan perkebunan rempah yang kini dialihkan menjadi permukiman atau lahan industri. Sebagai contoh, banyak lahan lada di Lampung yang kini berkurang karena digunakan untuk kebutuhan nonpertanian.

    2. Kurangnya Dukungan Teknologi
      Petani rempah di Indonesia sebagian besar masih menggunakan metode tradisional. Produktivitas mereka sering kali rendah karena minimnya akses terhadap teknologi modern.

    3. Fluktuasi Harga Pasar
      Harga rempah di pasar internasional cenderung tidak stabil. Ketergantungan pada eksportir besar membuat petani kecil sering kali berada dalam posisi lemah.

    4. Kurangnya Promosi dan Branding
      Meskipun rempah Indonesia berkualitas tinggi, banyak produk lokal yang kalah saing dengan produk dari negara lain seperti Vietnam dan India. Branding yang lemah menjadi salah satu penyebab utamanya.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
    Lihat Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun