3. Ekspektasi yang Terlalu Tinggi
Orang tua kerap kali menaruh harapan besar kepada anak. Harapan ini bisa berupa prestasi akademik, karier, atau bahkan perilaku yang "sempurna". Ketika anak tidak mampu memenuhi harapan tersebut, orang tua mungkin merasa kecewa. Sebaliknya, anak merasa gagal, tidak dihargai, bahkan kehilangan rasa percaya diri.
Misalnya, seorang anak yang bercita-cita menjadi seniman mungkin tertekan ketika orang tuanya menginginkan ia menjadi dokter. Ketidaksesuaian harapan ini menjadi bom waktu yang dapat meledak sewaktu-waktu jika tidak ditangani dengan komunikasi yang sehat.
4. Kurangnya Waktu Berkualitas
Kesibukan orang tua, baik karena pekerjaan maupun aktivitas lainnya, sering kali membuat komunikasi dengan anak menjadi minim. Anak merasa diabaikan, sedangkan orang tua merasa telah memberikan yang terbaik. Kekosongan komunikasi ini dapat menyebabkan kesalahpahaman yang semakin membesar.
Dampak Kesalahpahaman dalam Hubungan Keluarga
kesalahpahaman yang terus dibiarkan dapat membawa dampak buruk bagi hubungan orang tua dan anak. Berikut beberapa dampaknya:
1. Jarak Emosional yang Semakin Lebar
Ketika konflik terjadi berulang kali tanpa penyelesaian, anak cenderung menarik diri dari orang tua. Mereka memilih untuk mencari dukungan emosional dari teman atau bahkan dari media sosial. Kondisi ini dapat mengikis hubungan emosional yang seharusnya menjadi fondasi utama dalam keluarga.
2. Rendahnya Kepercayaan Diri pada Anak
Anak yang merasa tidak didengar atau dihargai cenderung kehilangan kepercayaan diri. Mereka merasa apa pun yang mereka lakukan tidak akan pernah cukup baik di mata orang tua. Hal ini bisa berdampak pada performa akademik, relasi sosial, dan kesehatan mental mereka.