Bayangkan seorang anak muda, sebut saja Andi. Ia cerdas, berprestasi, bahkan menjadi juara dalam lomba sains tingkat nasional. Namun, dalam kehidupan sehari-harinya, Andi sering bersikap egois, tidak menghormati orang tua, dan kerap berbuat curang untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Andi adalah contoh nyata dari tantangan pendidikan saat ini: keberhasilan akademik sering tidak diimbangi dengan pembentukan karakter yang baik.
Di tengah arus globalisasi dan kemajuan teknologi, tantangan membangun karakter generasi muda menjadi semakin kompleks. Fenomena intoleransi, korupsi, dan perpecahan sosial yang kerap terjadi di masyarakat menandakan bahwa pendidikan moral dan kebangsaan semakin mendesak untuk diperkuat. Inilah alasan mengapa pendidikan Pancasila dan budi pekerti harus diterapkan secara serius dan konsisten di semua sekolah.
Tantangan Nyata yang Kita Hadapi
Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai survei menunjukkan adanya penurunan sikap toleransi dan rasa kebangsaan di kalangan generasi muda. Data dari Setara Institute (2021) mengungkap bahwa tingkat intoleransi di kalangan pelajar meningkat hingga 25% dibandingkan lima tahun sebelumnya. Hal ini menjadi alarm bagi dunia pendidikan, terutama ketika intoleransi sering berujung pada konflik sosial dan kekerasan.
Selain itu, laporan Transparency International menunjukkan bahwa Indonesia masih berada di peringkat buruk dalam Indeks Persepsi Korupsi (CPI). Masalah ini tidak hanya menyangkut pejabat atau elite politik, tetapi juga mencerminkan lemahnya nilai kejujuran di masyarakat. Ironisnya, banyak generasi muda yang menganggap praktik curang, seperti mencontek, sebagai hal yang wajar.
Bagaimana generasi mendatang dapat menjadi pemimpin yang berintegritas jika sejak dini mereka tidak dididik untuk memiliki moral yang kuat? Pendidikan Pancasila dan budi pekerti hadir sebagai solusi untuk menjawab tantangan ini.
Mengapa Pendidikan Pancasila dan Budi Pekerti Penting?
Pancasila adalah ideologi bangsa yang telah dirumuskan sebagai pedoman hidup sejak Indonesia merdeka. Lima sila dalam Pancasila tidak hanya menjadi dasar negara, tetapi juga menggambarkan nilai-nilai universal yang relevan sepanjang masa. Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan sosial adalah prinsip yang tidak lekang oleh waktu.
Namun, implementasi nilai-nilai tersebut tidak bisa hanya diajarkan secara teoretis. Pendidikan Pancasila perlu diterapkan melalui pendekatan praktis yang relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Budi pekerti, di sisi lain, melengkapi pendidikan Pancasila dengan menanamkan nilai-nilai moral seperti kejujuran, tanggung jawab, dan empati. Kombinasi keduanya membentuk fondasi karakter yang kokoh. Tanpa karakter yang kuat, kecerdasan akademik saja tidak cukup untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan beradab.