Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Home Artikel Utama

Dikit-Dikit Panggil Tukang, Kebiasaan yang Perlu Dihindari

29 November 2024   08:25 Diperbarui: 29 November 2024   12:48 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Bayangkan sebuah pagi di akhir pekan. Kamu baru saja bangun, ingin menikmati kopi hangat sambil membaca buku favorit. Tapi, rencana itu buyar karena melihat keran di dapur bocor, menggenangi lantai dengan air. Apa yang kamu lakukan? Banyak orang akan langsung mengambil ponsel dan memanggil tukang. Memang, solusi itu terdengar praktis. Namun, tahukah kamu bahwa kebiasaan seperti ini bisa menjadi masalah besar dalam jangka panjang?

Kebiasaan dikit-dikit panggil tukang tidak hanya membuat pengeluaran membengkak, tetapi juga menciptakan ketergantungan. Lebih jauh lagi, kamu mungkin melewatkan peluang untuk belajar keterampilan sederhana yang sangat berguna di kehidupan sehari-hari. Mari kita telaah lebih dalam mengapa kebiasaan ini perlu dihindari dan bagaimana memulainya dari sekarang.

Mengapa Kebiasaan Dikit-Dikit Panggil Tukang Menjadi Masalah?

1. Beban Biaya yang Tidak Perlu

Memanggil tukang untuk pekerjaan kecil mungkin terlihat seperti solusi cepat, tetapi jika dihitung, biaya yang dikeluarkan tidak sedikit. Bayangkan jika setiap bulan kamu harus memanggil tukang untuk perbaikan kecil seperti mengganti bola lampu, membersihkan saluran air, atau memperbaiki pintu lemari yang macet. Tarif jasa tukang biasanya dihitung berdasarkan kunjungan atau jenis pekerjaan. Untuk tugas sederhana yang sebenarnya bisa dilakukan sendiri, biaya ini menjadi tidak efisien.

Contoh nyata, seorang teman pernah bercerita bahwa ia menghabiskan Rp50.000 hanya untuk memanggil tukang mengganti kunci pintu yang rusak. Padahal, jika ia membeli kunci baru seharga Rp30.000 dan memasangnya sendiri, ia bisa menghemat Rp20.000 sekaligus belajar sesuatu yang baru.

2. Hilangnya Kemandirian

Ketergantungan pada tukang bahkan untuk hal kecil bisa merugikan kamu dalam situasi mendesak. Bayangkan, jika suatu malam lampu padam karena sekring rumah bermasalah, dan tukang tidak bisa segera datang, apa yang akan kamu lakukan? Kebiasaan bergantung pada orang lain membuat kamu kurang percaya diri untuk mencoba menyelesaikan masalah sendiri.

Dalam banyak kasus, kemampuan untuk menangani masalah kecil adalah keterampilan bertahan hidup yang penting. Tidak ada salahnya mencoba memperbaiki hal sederhana seperti menyambung kabel atau mengganti keran. Bahkan, jika hasilnya belum sempurna, kamu akan belajar dari pengalaman tersebut.

3. Peluang untuk Belajar Dilewatkan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun