Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Politik Uang Mengotori Demokrasi Kita

27 November 2024   07:59 Diperbarui: 27 November 2024   08:08 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Politik uang adalah salah satu masalah besar yang menggerogoti fondasi demokrasi Indonesia. Kamu mungkin sering mendengar cerita tentang kandidat yang membagikan amplop berisi uang atau barang kepada masyarakat menjelang pemilu. 

Namun, apakah kamu tahu seberapa besar dampaknya terhadap kehidupan kita? Politik uang bukan sekadar tindakan tidak etis, tetapi juga ancaman nyata bagi demokrasi dan masa depan bangsa.

Praktik ini, meskipun jelas melanggar hukum, sering kali dianggap sebagai "tradisi" yang sulit dihapuskan. Hal ini menciptakan lingkaran setan: kandidat merasa harus membayar untuk mendapatkan dukungan, sementara masyarakat, karena kebutuhan ekonomi atau ketidakpedulian, menerima imbalan tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang.

Mengapa Terjadi dan Siapa yang Dirugikan?

Politik uang terjadi karena berbagai faktor, salah satunya adalah lemahnya pendidikan politik di masyarakat. Banyak orang yang masih melihat pemilu sebagai momen untuk "mendapatkan sesuatu," bukan sebagai proses memilih pemimpin yang mampu membawa perubahan. Dalam situasi ini, kandidat dengan sumber daya finansial yang besar memiliki peluang lebih besar untuk menang, meskipun kualitasnya tidak memadai.

Namun, siapa sebenarnya yang dirugikan oleh politik uang? Jawabannya adalah kita semua. Ketika seorang pemimpin terpilih karena uang, bukan karena kompetensi, maka kebijakan yang diambil cenderung tidak berpihak kepada rakyat. 

Misalnya, korupsi menjadi lebih sulit dicegah karena pejabat merasa perlu mengembalikan modal yang telah dikeluarkan selama kampanye. Akibatnya, anggaran yang seharusnya digunakan untuk pembangunan malah terbuang untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.

Dampak Politik Uang di Daerah

Mari kita lihat kasus nyata yang pernah terjadi di salah satu daerah di Indonesia. Pada tahun 2019, seorang kandidat kepala desa dilaporkan menghabiskan lebih dari Rp500 juta untuk membiayai kampanye dan membagikan uang kepada warga. 

Setelah terpilih, desa tersebut menghadapi berbagai masalah, mulai dari jalan rusak yang tak kunjung diperbaiki hingga anggaran desa yang tidak transparan. Ketika ditelusuri, ternyata sebagian besar dana desa digunakan untuk "mengembalikan investasi" kandidat tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun