Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

PPN Naik 12% Rakyat Sedang Dirampok oleh Negara Sendiri?

26 November 2024   09:57 Diperbarui: 26 November 2024   09:57 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, kenaikan harga tidak hanya berlaku pada barang, tetapi juga pada layanan seperti transportasi, pendidikan, dan kesehatan. Biaya hidup yang meningkat membuat rakyat kecil semakin kesulitan mengatur pengeluaran mereka.

Cerita Nyata di Balik Kenaikan PPN

Untuk memahami lebih jauh dampak kenaikan PPN ini terutama di 2022 silam, mari kita dengarkan cerita Siti, seorang ibu rumah tangga di Yogyakarta. Siti bekerja sebagai buruh cuci dengan penghasilan sekitar Rp2,5 juta per bulan. Sebagian besar uangnya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk membeli beras, sayur, dan membayar biaya sekolah anaknya.

"Setelah harga barang naik, uang Rp50.000 yang biasa cukup untuk belanja sehari, sekarang hanya bisa beli beras dan sedikit sayur. Kalau sudah begini, saya harus mengurangi uang jajan anak," ungkap Siti.

Cerita Siti adalah gambaran nyata bagaimana kebijakan fiskal seperti kenaikan PPN berdampak langsung pada masyarakat kecil. Mereka tidak hanya kehilangan daya beli, tetapi juga harus mengorbankan kebutuhan lain seperti pendidikan dan kesehatan demi memenuhi kebutuhan pokok.

Ketimpangan yang Semakin Terlihat

Kenaikan PPN juga memperbesar ketimpangan antara kelompok kaya dan miskin. Bagi mereka yang berpenghasilan tinggi, tambahan biaya akibat kenaikan PPN mungkin tidak terlalu terasa. Namun, bagi kelompok masyarakat bawah, dampaknya sangat signifikan.

Misalnya, sebuah keluarga kaya yang menghabiskan Rp50 juta per bulan untuk konsumsi hanya akan mengalami kenaikan biaya sebesar Rp1 juta. Sebaliknya, keluarga miskin yang pengeluarannya Rp2 juta per bulan harus menanggung kenaikan sekitar Rp200 ribu. Persentase kenaikan ini jauh lebih berat bagi kelompok miskin dibandingkan kelompok kaya.

Ketimpangan ini memperlihatkan bahwa kebijakan fiskal seperti kenaikan PPN sering kali tidak berpihak pada keadilan sosial. Rakyat kecil harus menanggung beban lebih besar dibandingkan kelompok ekonomi atas.

Alternatif Solusi untuk Meningkatkan Pendapatan Negara

Kenaikan PPN mungkin terlihat sebagai solusi mudah untuk meningkatkan pendapatan negara, tetapi sebenarnya ada banyak alternatif lain yang lebih adil dan efektif, seperti:

  1. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Money Selengkapnya
    Lihat Money Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun