Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Miris! Fasilitas Kesehatan di Indonesia Masih Berkelas-Kelas

23 November 2024   11:58 Diperbarui: 23 November 2024   12:17 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi warga mengantre layanan BPJS Kesehatan. Dok Kompas.com (SHUTTERSTOCK/KUKUH ST23)

Kesehatan adalah hak dasar setiap warga negara. Itu adalah prinsip yang harusnya menjadi fondasi dalam sistem pelayanan kesehatan Indonesia. Namun, kenyataannya masih ada ketimpangan besar dalam fasilitas kesehatan di tanah air yang terbelah dalam beberapa kelas. Sebuah ironi yang menyakitkan, mengingat negara ini memiliki sumber daya alam yang melimpah dan potensi manusia yang sangat besar. Ketika kamu membutuhkan perawatan medis, apakah kamu mampu membayar lebih untuk mendapatkan layanan yang lebih baik? Atau, apakah kamu harus puas dengan layanan yang serba terbatas karena keterbatasan ekonomi?

Ini adalah kenyataan yang harus dihadapi banyak masyarakat Indonesia. Meski Indonesia memiliki sistem jaminan sosial seperti BPJS Kesehatan, ketidaksetaraan dalam fasilitas kesehatan masih sangat terasa. Banyak rumah sakit dan pusat kesehatan lainnya yang menawarkan pelayanan dengan kelas yang sangat berbeda. Ada kelas 1 dengan fasilitas terbaik, ada kelas 2 dengan fasilitas lebih sederhana, dan ada kelas 3 yang sering kali penuh sesak dan kekurangan berbagai peralatan medis yang memadai.

Kelas-kelas ini bukan hanya sekedar pembagian berdasarkan kenyamanan, tetapi juga mencerminkan ketidaksetaraan dalam akses terhadap layanan yang seharusnya bisa diperoleh setiap orang tanpa memandang status sosial mereka. Di rumah sakit besar, kamu bisa melihat betapa terbedanya pelayanan antara kelas 1 dan kelas 3. Mereka yang masuk kelas 1 bisa menikmati fasilitas VIP dengan kamar tidur yang lebih luas, peralatan medis yang lebih lengkap, dan tenaga medis yang lebih fokus, sementara pasien di kelas 3 harus mengantri lebih lama, berbagi kamar dengan beberapa orang, dan sering kali kesulitan mendapatkan perhatian penuh dari tenaga medis.

Mengapa Bisa Terjadi?

Fasilitas kesehatan di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan serius yang berakar dari ketimpangan ekonomi dan keterbatasan sumber daya. Di banyak wilayah, rumah sakit umum dan puskesmas tidak memiliki fasilitas medis yang cukup untuk memberikan pelayanan yang memadai. Bahkan, sejumlah rumah sakit besar di kota-kota besar pun mengalami kekurangan dokter spesialis, tenaga medis, serta alat kesehatan yang canggih.

Salah satu contoh nyatanya adalah rumah sakit di daerah pedesaan atau daerah terpencil. Masyarakat di sana sering kali harus menempuh perjalanan jauh ke kota besar untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih memadai. Masalahnya, biaya transportasi dan penginapan yang harus mereka tanggung sering kali jauh melebihi kemampuan mereka, sehingga banyak dari mereka yang terpaksa menunda perawatan atau bahkan tidak mengakses layanan medis sama sekali. Akibatnya, penyakit yang seharusnya bisa dicegah atau ditangani lebih awal, justru semakin parah.

Selain itu, jumlah rumah sakit yang tersebar di seluruh Indonesia belum merata. Di kota-kota besar, fasilitas kesehatan bisa dibilang cukup memadai, namun di daerah yang lebih terpencil, fasilitas tersebut sangat terbatas. Ini diperburuk dengan minimnya dokter spesialis di daerah-daerah tertentu. Mengingat hampir 60% penduduk Indonesia tinggal di daerah pedesaan, ketimpangan ini jelas berdampak besar pada mereka yang kesulitan mengakses pelayanan medis.

Tak hanya itu, sistem BPJS Kesehatan yang dirancang untuk memberikan jaminan kesehatan bagi seluruh warga negara pun kerap kali menemui kendala. Meskipun banyak pasien yang dapat memanfaatkan BPJS, namun kualitas layanan yang mereka terima seringkali jauh dari harapan. BPJS memang mengurangi beban biaya bagi banyak orang, tetapi karena keterbatasan anggaran dan kuota, sering kali para peserta BPJS harus menunggu dalam antrean panjang, baik untuk mendapatkan layanan rawat jalan maupun rawat inap. Bahkan, fasilitas yang mereka terima tidak selalu setara dengan layanan yang diberikan kepada pasien yang membayar lebih atau mereka yang masuk dalam kelas atas rumah sakit.

Fakta Ketimpangan Kelas dalam Fasilitas Kesehatan

Ketimpangan kelas dalam fasilitas kesehatan Indonesia sudah cukup lama menjadi perhatian. Menurut data dari Kementerian Kesehatan, meskipun Indonesia sudah memiliki lebih dari 2.700 rumah sakit, masih ada kesenjangan yang besar antara rumah sakit di kota besar dan di daerah pedesaan. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, atau Bandung, rumah sakit umum dan rumah sakit swasta besar memiliki fasilitas yang sangat lengkap, sementara di daerah terpencil seperti Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara, rumah sakit hanya memiliki fasilitas dasar yang sangat terbatas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun