Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Media Sosial jadi Wadah Flexing

22 November 2024   13:27 Diperbarui: 22 November 2024   13:39 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu, Dita membuka aplikasi Instagram di ponselnya sambil menyeruput kopi di meja kerja. Feed-nya dipenuhi dengan foto teman-temannya yang sedang liburan di pantai tropis, mengenakan pakaian bermerek, dan menikmati makanan mahal di restoran mewah. "Kok mereka selalu terlihat bahagia, ya?" gumam Dita sambil tersenyum kecut. Di balik layar ponselnya, Dita merasa hidupnya tidak semenarik apa yang ia lihat di media sosial. Fenomena ini, yang disebut "flexing", kini semakin merajalela di platform digital.

Flexing, atau kebiasaan memamerkan sesuatu untuk menunjukkan status, gaya hidup, atau kekayaan, telah menjadi tren global yang hampir tak terhindarkan. Tapi, apakah fenomena ini benar-benar mencerminkan realitas hidup? Atau hanya fatamorgana yang dirancang untuk mendapatkan validasi sosial? Mari kita ulas lebih dalam tentang bagaimana sosial media menjadi wadah flexing, dampaknya, dan bagaimana kamu sebaiknya menyikapinya.

Apa Itu Flexing di Media Sosial?

Secara sederhana, flexing adalah tindakan memamerkan sesuatu, biasanya untuk menarik perhatian atau menunjukkan keberhasilan. Di era media sosial, flexing tidak lagi terbatas pada lingkup fisik. Kamu tidak perlu bertemu langsung dengan orang lain untuk pamer mobil baru atau liburan mewah. Cukup unggah foto atau video dengan caption menarik, dan ratusan bahkan ribuan orang bisa melihatnya.

Media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Facebook memberikan ruang bagi penggunanya untuk menampilkan sisi terbaik dari kehidupan mereka. Sebuah studi yang dilakukan oleh Harvard Business School menyebutkan bahwa perilaku pamer di media sosial sering kali dipicu oleh kebutuhan psikologis akan pengakuan. Semakin banyak like, komentar, dan share yang didapatkan, semakin tinggi rasa puas yang dirasakan oleh individu tersebut.

Namun, ada perbedaan besar antara realitas dan apa yang ditampilkan. Sebuah survei dari Journal of Social Media Studies menunjukkan bahwa 65% pengguna media sosial mengaku merasa tertekan karena melihat konten yang memamerkan gaya hidup mewah. Ini membuktikan bahwa flexing tidak hanya memengaruhi mereka yang melakukannya, tetapi juga audiens yang melihatnya.

Faktor Penyebab Flexing

Ada beberapa alasan mengapa fenomena flexing begitu marak di era media sosial.

  1. Tekanan Sosial untuk Terlihat Sukses
    Media sosial menciptakan ilusi bahwa semua orang harus terlihat sukses, bahagia, dan selalu "on top of the game." Hal ini sering kali memicu seseorang untuk memamerkan apa yang mereka miliki, meskipun sebenarnya itu hanya sekadar pencitraan.

  2. Pengaruh Algoritma
    Algoritma media sosial dirancang untuk memprioritaskan konten yang menarik perhatian. Foto dengan mobil mewah atau video unboxing barang mahal cenderung mendapatkan engagement lebih banyak dibandingkan konten biasa. Akibatnya, pengguna terdorong untuk membuat konten serupa agar tetap relevan.

  3. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
    Lihat Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun