Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bisakah Menerapkan STEAM Education di Sekolah Dasar?

21 November 2024   16:29 Diperbarui: 21 November 2024   16:32 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa sekolah dasar Pixabay.com/beasternchen

STEAM Education, yang mengintegrasikan Science (sains), Technology (teknologi), Engineering (rekayasa), Arts (seni), dan Mathematics (matematika), kini semakin populer di dunia pendidikan. Konsep ini bertujuan untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan masa depan dengan keterampilan abad ke-21, seperti berpikir kritis, kreativitas, dan kolaborasi. Namun, muncul pertanyaan besar: apakah pendekatan ini dapat diterapkan di tingkat Sekolah Dasar? Jika iya, bagaimana cara yang tepat agar manfaatnya optimal?

Penerapan STEAM Education di Sekolah Dasar bukan hanya memungkinkan, tetapi juga sangat relevan. Masa kanak-kanak adalah waktu terbaik untuk menanamkan rasa ingin tahu dan semangat eksplorasi. Namun, tentu saja, penerapan ini membutuhkan strategi, persiapan, dan kolaborasi yang baik dari berbagai pihak, seperti guru, sekolah, dan orang tua.

Mengenal STEAM Education Lebih Dalam

Sebelum menjawab apakah STEAM Education bisa diterapkan di Sekolah Dasar, penting untuk memahami apa sebenarnya STEAM Education. Konsep ini menekankan pendekatan pembelajaran terpadu, di mana siswa belajar berbagai disiplin ilmu sekaligus melalui metode berbasis proyek (project-based learning).

Misalnya, dalam proyek sederhana seperti membuat perahu kertas yang dapat mengapung, siswa belajar sains (prinsip daya apung), matematika (penghitungan bentuk dan ukuran), seni (desain perahu), dan teknologi (penggunaan alat seperti gunting dan lem). Dengan kegiatan seperti ini, siswa tidak hanya diajak belajar teori, tetapi juga mempraktikkan ilmunya secara langsung.

Di Sekolah Dasar, STEAM Education dirancang agar sesuai dengan kemampuan kognitif anak. Proyek-proyek yang diberikan lebih sederhana, tetapi tetap menantang kreativitas mereka. Hasilnya, anak-anak belajar dengan cara yang menyenangkan sekaligus membangun rasa percaya diri mereka.

Tantangan Penerapan STEAM Education di Sekolah Dasar

Meski terdengar menarik, penerapan STEAM Education di Sekolah Dasar tidak tanpa tantangan. Ada beberapa hambatan utama yang perlu diatasi agar pendekatan ini bisa berjalan efektif.

  1. Kesiapan Guru
    Guru menjadi kunci utama dalam keberhasilan STEAM Education. Sayangnya, tidak semua guru memiliki pemahaman yang cukup tentang konsep ini. Banyak guru masih fokus pada metode pembelajaran tradisional, yang terpisah-pisah antar mata pelajaran. Untuk itu, pelatihan intensif bagi guru sangat diperlukan. Pelatihan ini dapat membantu mereka memahami cara mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dalam satu kegiatan pembelajaran.

  2. Keterbatasan Fasilitas dan Sumber Daya
    Di beberapa sekolah dasar, terutama di daerah terpencil, fasilitas pembelajaran masih minim. Namun, penting untuk diingat bahwa penerapan STEAM tidak selalu membutuhkan peralatan canggih. Guru dapat memanfaatkan bahan-bahan sederhana, seperti kardus bekas, kertas lipat, atau botol plastik, untuk membuat proyek-proyek yang menarik.

  3. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun