Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Generasi Strawberry yang Kreatif Sayangnya Rapuh

19 November 2024   18:30 Diperbarui: 21 November 2024   16:33 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Generasi Strawberry (Chatgpt.com)

Dalam beberapa tahun terakhir, istilah generasi strawberry kian populer dan kerap menjadi bahan diskusi. Istilah ini menggambarkan generasi muda yang terlihat cemerlang, kreatif, dan berbakat seperti buah stroberi yang segar dan menarik. Namun, stroberi juga dikenal mudah rusak ketika ditekan, dan ini menjadi analogi untuk generasi ini yang dianggap rentan terhadap tekanan dan masalah mental. Namun, apakah benar generasi strawberry hanya sekadar "rapuh"? Atau mungkin ada sisi lain yang belum dipahami sepenuhnya?

Kreativitas yang Tak Tertandingi

Kamu mungkin sering melihat hasil karya luar biasa dari generasi muda di media sosial. Dari video TikTok yang menginspirasi, karya seni digital yang menakjubkan, hingga ide bisnis inovatif yang menawarkan solusi baru. Generasi ini, lahir dan besar di era teknologi, memiliki akses tak terbatas pada berbagai alat untuk menyalurkan ide kreatif mereka.

Misalnya, kesuksesan beberapa anak muda yang membangun startup di bidang teknologi kesehatan atau lingkungan. Mereka tidak hanya kreatif, tetapi juga mampu menciptakan tren baru yang sering kali menjadi panduan bagi masyarakat. Dalam banyak aspek, generasi strawberry adalah pelopor perubahan positif.

Namun, ada sisi lain dari cerita ini. Kreativitas mereka sering kali dibayangi oleh kebutuhan akan validasi sosial. Mereka mengukur keberhasilan tidak hanya dari nilai-nilai substansial tetapi juga dari jumlah likes atau komentar di media sosial. Ketika ekspektasi itu tidak terpenuhi, rasa kecewa yang mendalam muncul. Ini menunjukkan bahwa kreativitas mereka, meskipun luar biasa, rentan terhadap pengaruh eksternal.

Tekanan yang Datang dari Segala Arah

Generasi ini hidup di tengah ekspektasi yang semakin tinggi. Tekanan bisa datang dari orang tua yang menginginkan anaknya sukses dalam waktu singkat, masyarakat yang menuntut mereka serba bisa, hingga lingkungan kerja yang semakin kompetitif.

Selain itu, budaya kerja yang sering kali mengutamakan produktivitas tanpa henti membuat mereka mudah merasa burnout. Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa lebih dari 50% anak muda di usia produktif merasa cemas berlebihan akibat tekanan pekerjaan.

Salah satu kisah nyata yang mencerminkan ini adalah pengalaman seorang pemuda bernama Dimas (nama samaran). Sebagai desainer grafis berbakat, ia mampu menghasilkan karya luar biasa. Namun, di balik layar, Dimas sering merasa tidak cukup baik karena terus-menerus membandingkan dirinya dengan rekan sejawat. Akibatnya, ia mengalami kelelahan mental yang membuatnya harus mengambil cuti panjang untuk memulihkan diri.

Kerapuhan yang Sering Disalahpahami

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun