Apakah adil jika siswa di seluruh Indonesia dinilai dengan standar yang sama padahal kondisi pembelajaran mereka sangat berbeda? Tentu hal ini memunculkan pertanyaan besar mengenai keadilan dalam sistem pendidikan kita.
Dampak Psikologis dan Tekanan yang Dihadapi Siswa
Tidak hanya dari aspek akademik, UN juga memberikan tekanan psikologis yang berat bagi siswa. Banyak siswa yang merasa stres dan tertekan karena UN dianggap sebagai penentu masa depan mereka. Bahkan, tidak sedikit yang mengalami kecemasan berlebihan hingga mempengaruhi kesehatan mental mereka.Â
Dalam usia muda, tekanan untuk sukses dalam UN bisa menjadi beban yang sangat berat. Mereka merasa bahwa kegagalan dalam UN akan menghancurkan masa depan mereka, membuat sebagian dari mereka merasa takut dan kehilangan kepercayaan diri.
Orang tua dan guru pun, dalam niatnya untuk mendukung, sering kali secara tidak sadar menambah tekanan tersebut. Tuntutan untuk meraih nilai tinggi, harapan orang tua, dan rasa takut mengecewakan sering membuat siswa merasa terjebak dalam lingkaran kecemasan. Padahal, di usia tersebut, siswa seharusnya menikmati proses belajar tanpa terbebani oleh ketakutan berlebihan akan nilai akhir.
Munculnya Wacana Alternatif Penilaian
Melihat dampak negatif dari UN, banyak pakar pendidikan yang mulai mempertanyakan relevansi UN sebagai satu-satunya alat evaluasi. Pendidikan adalah proses panjang yang tidak bisa diukur hanya dari satu kali ujian.Â
Untuk menggantikan UN, pemerintah telah memperkenalkan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) sebagai bentuk reformasi. ANBK dirancang untuk mengukur kemampuan literasi, numerasi, dan karakter siswa, tanpa menjadikannya sebagai penentu kelulusan.
ANBK tidak hanya menilai berdasarkan satu mata pelajaran saja, melainkan mencakup berbagai aspek yang lebih holistik, sehingga memberikan gambaran yang lebih utuh tentang kompetensi siswa.Â
Dengan cara ini, siswa tidak hanya belajar untuk lulus ujian, tetapi juga untuk memahami materi secara lebih mendalam. ANBK juga memberikan kebebasan bagi sekolah untuk mengevaluasi siswa berdasarkan perkembangan mereka selama belajar, tidak hanya dari nilai ujian saja.
Solusi untuk Mewujudkan Pendidikan yang Setara