Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ujian Nasional, Kesetaraan Pendidikan atau Sekadar Formalitas?

13 November 2024   10:10 Diperbarui: 13 November 2024   10:14 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah adil jika siswa di seluruh Indonesia dinilai dengan standar yang sama padahal kondisi pembelajaran mereka sangat berbeda? Tentu hal ini memunculkan pertanyaan besar mengenai keadilan dalam sistem pendidikan kita.

Dampak Psikologis dan Tekanan yang Dihadapi Siswa

Tidak hanya dari aspek akademik, UN juga memberikan tekanan psikologis yang berat bagi siswa. Banyak siswa yang merasa stres dan tertekan karena UN dianggap sebagai penentu masa depan mereka. Bahkan, tidak sedikit yang mengalami kecemasan berlebihan hingga mempengaruhi kesehatan mental mereka. 

Dalam usia muda, tekanan untuk sukses dalam UN bisa menjadi beban yang sangat berat. Mereka merasa bahwa kegagalan dalam UN akan menghancurkan masa depan mereka, membuat sebagian dari mereka merasa takut dan kehilangan kepercayaan diri.

Orang tua dan guru pun, dalam niatnya untuk mendukung, sering kali secara tidak sadar menambah tekanan tersebut. Tuntutan untuk meraih nilai tinggi, harapan orang tua, dan rasa takut mengecewakan sering membuat siswa merasa terjebak dalam lingkaran kecemasan. Padahal, di usia tersebut, siswa seharusnya menikmati proses belajar tanpa terbebani oleh ketakutan berlebihan akan nilai akhir.

Munculnya Wacana Alternatif Penilaian

Melihat dampak negatif dari UN, banyak pakar pendidikan yang mulai mempertanyakan relevansi UN sebagai satu-satunya alat evaluasi. Pendidikan adalah proses panjang yang tidak bisa diukur hanya dari satu kali ujian. 

Untuk menggantikan UN, pemerintah telah memperkenalkan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) sebagai bentuk reformasi. ANBK dirancang untuk mengukur kemampuan literasi, numerasi, dan karakter siswa, tanpa menjadikannya sebagai penentu kelulusan.

ANBK tidak hanya menilai berdasarkan satu mata pelajaran saja, melainkan mencakup berbagai aspek yang lebih holistik, sehingga memberikan gambaran yang lebih utuh tentang kompetensi siswa. 

Dengan cara ini, siswa tidak hanya belajar untuk lulus ujian, tetapi juga untuk memahami materi secara lebih mendalam. ANBK juga memberikan kebebasan bagi sekolah untuk mengevaluasi siswa berdasarkan perkembangan mereka selama belajar, tidak hanya dari nilai ujian saja.

Solusi untuk Mewujudkan Pendidikan yang Setara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun