Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Pernikahan Bukan Sebuah Pencapaian, Tapi Proses Memulai Hidup Baru

9 November 2024   05:52 Diperbarui: 9 November 2024   09:30 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pernikahan.Pixabay.com/OlcayErtem

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, banyak orang masih memandang pernikahan sebagai puncak pencapaian hubungan. Terkadang, pernikahan bahkan dianggap sebagai "final goal" dari cinta, di mana kisah cinta itu mencapai klimaksnya dan selanjutnya diharapkan berjalan mulus. Nyatanya, pernikahan bukanlah puncak gunung, melainkan jalan panjang yang penuh liku. Mungkin kamu sering mendengar ungkapan, "Pernikahan bukan soal pesta mewah atau cincin mahal, tapi tentang bagaimana kamu dan pasangan bisa bekerja sama setiap hari." Ungkapan ini memang ada benarnya, karena pernikahan adalah proses yang dinamis, di mana cinta dan komitmen harus dijaga, bahkan ditumbuhkan kembali setiap harinya.

Mengapa Pernikahan Bukan Pencapaian?

Banyak pasangan merasa lega setelah menikah, seolah-olah semua perjuangan telah selesai. Memang, tidak mudah untuk mencapai tahap pernikahan, terutama dengan berbagai tantangan dalam menjalin hubungan. Namun, sikap melihat pernikahan sebagai pencapaian akhir sering kali membuat kita lengah. Kita lupa bahwa setiap hubungan yang bertahan lama memerlukan usaha tanpa henti dari kedua belah pihak.

Ketika pernikahan dianggap sebagai pencapaian, fokus seringkali bergeser ke pencapaian-pencapaian lain di dalam pernikahan, seperti memiliki anak, rumah impian, atau karier yang sukses. Namun, kamu perlu menyadari bahwa setiap pencapaian ini membawa tantangan baru yang harus dihadapi bersama. Pernikahan yang kuat bukanlah tentang seberapa cepat pasangan bisa mencapai tujuan-tujuan ini, melainkan bagaimana mereka bisa bekerja sama dalam menghadapi tantangan untuk mencapainya.

Pernikahan adalah Proses Adaptasi Seumur Hidup

Memahami pernikahan sebagai proses berarti kamu dan pasangan bersedia untuk terus belajar, berubah, dan beradaptasi satu sama lain. Menyatukan dua orang dengan latar belakang, kebiasaan, dan pola pikir yang berbeda memang tidak mudah. Saat berpacaran, mungkin kamu belum sepenuhnya melihat kekurangan pasangan. Namun, saat sudah menikah, semua sisi manusiawi itu akan terlihat, termasuk hal-hal kecil yang kadang mengganggu, seperti kebiasaan bangun siang, menaruh barang sembarangan, atau berbeda dalam mengatur keuangan. Proses adaptasi ini akan terus berjalan, bahkan ketika kamu sudah menjalani pernikahan bertahun-tahun.

Misalnya, mungkin kamu dan pasangan perlu waktu untuk menyesuaikan pola komunikasi. Ada yang merasa nyaman bicara langsung saat ada masalah, tapi ada pula yang butuh waktu sendiri untuk menenangkan diri. Memahami cara komunikasi satu sama lain adalah salah satu kunci untuk menciptakan hubungan yang harmonis. Selain itu, ada pula perubahan dalam aspek hidup lain, seperti saat kamu atau pasangan mendapatkan promosi pekerjaan yang mengubah jadwal harian, atau ketika harus mengurus anak. Semua perubahan ini menuntut pasangan untuk terus beradaptasi dan berkompromi.

Tantangan Finansial sebagai Ujian Komitmen

Masalah keuangan adalah salah satu isu yang sering kali muncul dalam pernikahan. Banyak orang menganggap bahwa pernikahan hanya perlu cinta, tapi kenyataannya, pernikahan juga membutuhkan keuangan yang stabil untuk mencapai kesejahteraan bersama. Kondisi keuangan yang kurang stabil atau perbedaan pandangan mengenai pengelolaan keuangan dapat memicu konflik yang serius. Misalnya, salah satu pasangan mungkin lebih hemat, sementara yang lain lebih suka mengeluarkan uang untuk kebutuhan gaya hidup. Situasi ini bisa memicu ketegangan jika tidak dihadapi dengan komunikasi yang baik.

Sebagai bagian dari proses dalam pernikahan, mengelola keuangan bersama membutuhkan keterbukaan dan kejujuran. Membuat anggaran bersama atau merencanakan tujuan keuangan jangka panjang bisa menjadi cara untuk menjaga hubungan tetap sehat dan mengurangi konflik. Saat kamu dan pasangan berkomitmen untuk menghadapi tantangan finansial bersama, secara tidak langsung kamu juga memperkuat komitmen satu sama lain dalam menjalani pernikahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun