Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Sikap Golput Mencederai Demokrasi Kita, Mengapa Demikian?

5 November 2024   15:11 Diperbarui: 6 November 2024   14:21 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Golput. (DOK KOMPAS/HANDINING)

Demokrasi bukan sekadar kata atau istilah, tapi adalah nyawa dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Di Indonesia, setiap lima tahun sekali, rakyat diberi kesempatan untuk memilih pemimpin dan wakil mereka melalui pemilihan umum (pemilu). 

Momen ini seharusnya menjadi pesta demokrasi yang melibatkan seluruh elemen masyarakat. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa semakin banyak orang yang memilih untuk tidak berpartisipasi. Mereka disebut sebagai golongan putih, atau yang sering kita kenal dengan istilah golput. 

Mungkin kamu berpikir, "Kenapa sih golput itu dianggap buruk? Bukannya itu juga hak setiap orang?" Padahal kenyataannya, dengan bersikap golput bukan hanya sekadar sikap apatis, tapi juga mencederai demokrasi kita.

Apa Itu Golput, dan Mengapa Orang Memilih Golput?

Golput adalah singkatan dari "golongan putih," istilah yang merujuk pada orang-orang yang memilih untuk tidak memberikan suara dalam pemilu. Fenomena ini muncul bukan tanpa alasan. Banyak yang merasa kecewa dengan kondisi politik dan para pemimpin yang dianggap tidak memihak rakyat. 

Kekecewaan itu tumbuh subur ketika janji-janji politik yang diucapkan saat kampanye sering kali tidak terealisasi. Hal inilah yang kemudian memicu sebagian masyarakat untuk memilih golput sebagai bentuk protes atau kekecewaan.

Namun, ada juga yang golput karena alasan praktis, seperti tidak punya waktu, malas datang ke TPS, atau bahkan kurangnya informasi tentang calon yang bertarung di pemilu. 

Selain itu, sebagian orang merasa bahwa suara mereka tidak akan berdampak pada hasil pemilu, sehingga memilih untuk tidak berpartisipasi. Padahal, pandangan ini keliru karena setiap suara sangat berarti dalam proses demokrasi.

Dampak Golput Terhadap Demokrasi dan Negara

Golput mungkin terdengar sepele, bahkan bisa dianggap sebagai pilihan pribadi. Tapi, ketika golput dilakukan oleh banyak orang, dampaknya bisa sangat serius bagi demokrasi kita. Demokrasi sejati menuntut partisipasi aktif dari masyarakatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun