Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Jangan Menikah Jika Hanya Mencari Kebahagiaan

1 November 2024   15:11 Diperbarui: 1 November 2024   15:37 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernikahan seringkali digambarkan sebagai pintu gerbang menuju kebahagiaan seumur hidup. Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa menikah akan membawa mereka pada kehidupan yang lebih bahagia, lebih lengkap, dan lebih bermakna. Bayangan tentang hari pernikahan yang penuh kebahagiaan dan masa depan indah bersama pasangan mungkin ada di benak banyak orang. Namun, apakah menikah demi kebahagiaan semata adalah keputusan yang bijak? Menikah memang bisa membawa kebahagiaan, tetapi hanya jika kita memasuki hubungan ini dengan tujuan yang lebih dalam dari sekadar mencari kebahagiaan pribadi.

Jika kamu berpikir bahwa pernikahan adalah jalan menuju kebahagiaan yang permanen, kamu mungkin akan terkejut dengan kenyataan yang ada. Pernikahan bukanlah suatu obat mujarab yang bisa menyelesaikan segala permasalahan atau membuat kita bahagia setiap saat. Faktanya, pernikahan adalah sebuah hubungan yang penuh dinamika, di mana setiap pasangan harus siap menghadapi pasang surut kehidupan. Menikah hanya karena ingin bahagia akan membuat hubungan itu terasa berat ketika masalah mulai muncul. Pernikahan yang sehat adalah pernikahan yang dilandasi oleh komitmen untuk saling mendukung, memahami, dan menerima, bukan sekadar alat untuk mengejar kebahagiaan pribadi.

Mari kita lihat beberapa alasan mengapa menikah demi kebahagiaan semata bukanlah dasar yang cukup kuat untuk membangun pernikahan yang sehat dan langgeng.

Kebahagiaan Itu Dinamis, Tidak Bisa Dijamin

Kebahagiaan adalah kondisi yang berubah-ubah. Apa yang membuatmu bahagia hari ini, mungkin tidak sama besok atau beberapa tahun ke depan. Jika kamu memasuki pernikahan dengan ekspektasi bahwa pasanganmu akan selalu membuatmu bahagia, kamu menempatkan beban yang berat pada hubungan itu. Pasangan adalah manusia biasa yang punya kekurangan, kelemahan, dan keterbatasannya sendiri. Bayangkan, ketika kita memasuki pernikahan hanya demi kebahagiaan, lalu pada satu titik pasanganmu tidak bisa membuatmu bahagia seperti dulu. Apakah itu berarti pernikahan kalian gagal? Kebahagiaan sejati seharusnya berasal dari diri sendiri, bukan bergantung pada orang lain.

Kebahagiaan yang kita harapkan dari pernikahan juga seringkali tidak realistis. Bayangkan seseorang yang menikah dengan harapan pasangan akan selalu bisa membahagiakannya. Ketika kenyataan tidak sesuai harapan misalnya saat pasangan sedang memiliki masalah pribadi atau sedang tidak dalam kondisi terbaiknya kekecewaan bisa muncul. Bahkan, banyak pasangan yang akhirnya merasa bahwa pernikahan mereka adalah kesalahan hanya karena kebahagiaan yang mereka harapkan tidak sepenuhnya terwujud. Padahal, kebahagiaan dalam pernikahan harus dibangun bersama, bukan diberikan oleh satu pihak saja.

Pernikahan Membutuhkan Tanggung Jawab yang Besar

Pernikahan bukan hanya untuk kebahagiaan semata, tetapi juga tentang tanggung jawab. Ketika kamu menikah, ada banyak hal yang harus kamu jalani bersama pasangan, mulai dari mengelola keuangan, menjaga kesehatan mental masing-masing, hingga membangun keluarga jika memutuskan memiliki anak. Ini semua membutuhkan kerja sama, komunikasi, dan komitmen. Jika kamu hanya mengejar kebahagiaan semata, tanggung jawab ini bisa terasa berat dan membebani. Pernikahan yang kuat dibangun di atas kemauan untuk saling mendukung dan memikul tanggung jawab bersama.

Coba bayangkan, kamu memiliki beban pekerjaan yang berat, masalah keuangan yang menekan, dan tuntutan untuk menjaga keharmonisan keluarga. Jika pernikahan hanya dilihat sebagai sumber kebahagiaan pribadi, maka semua tanggung jawab ini bisa terasa sangat melelahkan. Padahal, pernikahan yang sehat adalah tentang bagaimana kedua belah pihak bersedia bekerja sama untuk mengatasi berbagai masalah yang ada. Tanggung jawab yang datang bersama pernikahan bukanlah hal yang bisa dianggap remeh atau diabaikan.

Kebahagiaan Tidak Bisa Dipaksakan Lewat Pernikahan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun