Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tingginya Tuntutan Akdemik Membuat Siswa Mengalami Stres Belajar

23 Oktober 2024   15:23 Diperbarui: 23 Oktober 2024   15:24 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siwa belajar. Pixbay.com/ernestoeslava

Tuntutan akademik yang semakin tinggi dalam dunia pendidikan saat ini menjadi masalah yang serius, terutama bagi para siswa. Tidak sedikit dari mereka yang merasa tertekan dengan beban akademik yang harus mereka pikul setiap harinya. Dari tugas yang bertumpuk hingga persiapan menghadapi ujian besar, tekanan yang dialami para siswa kerap kali berujung pada stres belajar yang berkepanjangan. Bahkan, hal ini tidak hanya memengaruhi kinerja akademik mereka, tetapi juga berdampak langsung pada kesejahteraan mental dan emosional.

Stres belajar adalah kondisi di mana seorang siswa merasa terbebani oleh ekspektasi akademik yang tinggi, baik dari diri sendiri maupun dari lingkungan sekitarnya. Biasanya, stres ini disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, seperti tekanan untuk mendapatkan nilai sempurna, keharusan lulus ujian dengan hasil yang baik, serta tuntutan untuk masuk ke perguruan tinggi favorit. Dalam kondisi seperti ini, banyak siswa yang merasa terjebak dalam lingkaran stres yang sulit diatasi. Bukan hanya rasa lelah fisik, mereka juga sering merasa lelah secara mental, yang jika dibiarkan, dapat berdampak buruk pada kesehatan mental mereka secara keseluruhan.

Penyebab Utama Stres Belajar pada Siswa

Salah satu penyebab utama stres belajar adalah ekspektasi yang terlalu tinggi. Baik itu dari orang tua, guru, atau bahkan diri sendiri, ekspektasi ini menambah beban psikologis yang signifikan pada siswa. Sebuah studi oleh American Psychological Association menemukan bahwa 45% siswa SMA di Amerika mengalami tingkat stres yang tinggi, dan angka ini cenderung meningkat di negara-negara dengan sistem pendidikan yang kompetitif, seperti Korea Selatan dan Jepang. Hal ini tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di Indonesia, di mana banyak siswa merasa terbebani oleh tuntutan akademik yang harus mereka capai.

Selain itu, kurangnya manajemen waktu yang efektif juga sering kali menjadi penyebab stres belajar. Banyak siswa yang kesulitan membagi waktu antara belajar, kegiatan ekstrakurikuler, kehidupan sosial, dan istirahat. Ketika semuanya bertumpuk dalam waktu yang bersamaan, stres menjadi tidak terhindarkan. Seiring dengan itu, jadwal belajar yang padat juga memberikan kontribusi yang signifikan. Tugas yang harus diselesaikan dalam waktu singkat, ujian yang berdekatan, serta kegiatan tambahan lainnya membuat siswa merasa waktu yang mereka miliki tidak pernah cukup.

Tak hanya itu, persaingan antar siswa juga menjadi faktor yang memperparah stres belajar. Dalam lingkungan pendidikan yang sangat kompetitif, banyak siswa yang merasa harus selalu lebih baik dari teman-teman mereka. Hal ini bukan hanya menciptakan tekanan yang luar biasa, tetapi juga membuat siswa merasa bahwa nilai dan pencapaian akademik adalah satu-satunya tolak ukur keberhasilan mereka.

Dampak Stres Belajar pada Siswa

Stres belajar yang tidak diatasi dengan baik dapat memberikan dampak yang cukup serius bagi siswa, baik dari segi akademis maupun kesejahteraan mental mereka. Secara akademik, siswa yang mengalami stres cenderung mengalami penurunan kinerja. Mereka mungkin menjadi lebih sulit berkonsentrasi saat belajar, sehingga prestasi akademik mereka menurun. Selain itu, mereka juga bisa kehilangan motivasi untuk belajar dan merasa tidak mampu mencapai tujuan akademik mereka, yang pada akhirnya bisa memicu rasa putus asa.

Dampak stres belajar tidak berhenti pada aspek akademik saja. Secara emosional, siswa yang mengalami stres belajar cenderung merasa cemas, gelisah, bahkan depresi. Rasa cemas ini sering kali muncul saat mereka merasa tidak mampu memenuhi ekspektasi yang diberikan kepada mereka. Jika dibiarkan, stres yang terus-menerus dapat menyebabkan gangguan kecemasan yang lebih serius, bahkan depresi. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di Journal of Adolescence, siswa yang mengalami stres belajar kronis memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi.

Secara fisik, stres juga dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Beberapa gejala fisik yang sering muncul akibat stres belajar meliputi sakit kepala, gangguan tidur, penurunan nafsu makan, hingga masalah pencernaan. Dalam jangka panjang, stres yang tidak ditangani dengan baik dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh, sehingga siswa menjadi lebih rentan terhadap penyakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun