Di tengah semakin ketatnya persaingan dalam dunia kerja, mencari pekerjaan sudah menjadi tantangan tersendiri. Bagi banyak orang, mendapatkan pekerjaan adalah pencapaian besar yang sering kali didapatkan setelah berjuang keras menghadapi persaingan dan berbagai proses seleksi yang menuntut energi, waktu, dan kadang-kadang biaya. Namun, perjuangan tidak berhenti di situ. Setelah akhirnya mendapatkan pekerjaan, masalah baru bisa muncul---yakni menghadapi perundungan di tempat kerja. Pertanyaannya, apakah sulitnya mencari kerja menjadi alasan yang cukup untuk menerima perundungan di tempat kerja?
Realitas Sulitnya Mendapatkan Pekerjaan
Faktanya, angka pengangguran di Indonesia masih tergolong tinggi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Agustus 2023, tingkat pengangguran terbuka mencapai 5,86 persen, yang berarti masih jutaan orang aktif mencari pekerjaan di pasar tenaga kerja yang kompetitif. Hal ini menunjukkan bahwa persaingan sangat ketat, dan kondisi pasar kerja belum sepenuhnya pulih dari berbagai tantangan, termasuk dampak pandemi COVID-19 yang memperlambat banyak sektor industri.
Bagi para pencari kerja, tekanan ini terasa berat. Mereka harus memiliki kualifikasi yang semakin tinggi, keterampilan yang beragam, dan bersaing dengan ribuan kandidat lain yang sama-sama mencari pekerjaan. Di tengah situasi sulit ini, begitu seseorang mendapatkan pekerjaan, ada perasaan syukur yang dalam. Namun, rasa syukur ini sering kali bercampur dengan ketakutan, terutama jika tempat kerja yang mereka masuki tidak memberikan lingkungan yang aman dan nyaman.
Perundungan di Tempat Kerja Masalah yang Sering Diabaikan
Perundungan atau bullying di tempat kerja adalah masalah yang serius, tetapi sering kali diabaikan oleh banyak perusahaan. Menurut sebuah studi dari Workplace Bullying Institute, sebanyak 19% pekerja di dunia pernah menjadi korban perundungan di tempat kerja, dan 60% dari pelaku perundungan ini adalah atasan langsung mereka. Angka ini mencerminkan realitas pahit yang dialami banyak pekerja: selain menghadapi tekanan pekerjaan, mereka juga harus bertahan dari perlakuan tidak adil dari rekan kerja atau bahkan atasannya sendiri.
Perundungan di tempat kerja bisa muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari sindiran kasar, mengucilkan seseorang dari lingkaran sosial, hingga intimidasi verbal atau bahkan fisik. Tindakan seperti ini dapat terjadi secara terbuka atau terselubung, dan dampaknya bisa sangat merusak. Perundungan di tempat kerja tidak hanya mempengaruhi kinerja korban secara langsung, tetapi juga merusak kesehatan mentalnya. Korban perundungan biasanya merasa tertekan, kehilangan motivasi, dan mengalami penurunan produktivitas.
Lebih parahnya, banyak korban merasa terpaksa menerima situasi ini karena takut kehilangan pekerjaan. Mereka berpikir, "lebih baik bertahan daripada menganggur lagi." Padahal, bekerja di lingkungan yang tidak sehat bisa berdampak lebih buruk dalam jangka panjang.
Kondisi Psikologis yang Ditimbulkan
Perundungan di tempat kerja bisa menyebabkan berbagai dampak psikologis negatif bagi korban. Stres berlebihan, kecemasan, hingga depresi adalah beberapa dampak yang sering dirasakan oleh pekerja yang mengalami bullying. Sebuah penelitian dari American Psychological Association (APA) menunjukkan bahwa korban perundungan di tempat kerja memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan tidur, tekanan darah tinggi, hingga burnout (kelelahan mental dan fisik).