Salah satu kesalahan terbesar yang sering dilakukan oleh banyak orang yang mengalami trauma adalah menyangkal atau menekan perasaan mereka. Ada anggapan bahwa dengan mengabaikan perasaan tersebut, trauma akan hilang dengan sendirinya. Namun, kenyataannya, hal ini justru bisa memperburuk keadaan.
Mengakui bahwa kamu sedang mengalami trauma adalah langkah pertama yang sangat penting dalam proses pemulihan. Ini bukan berarti kamu lemah atau tidak mampu mengatasi masalahmu, melainkan bahwa kamu sedang menghadapi sesuatu yang di luar kendalimu.Â
Dengan mengakui dan menerima bahwa peristiwa tersebut telah berdampak padamu, kamu bisa mulai bergerak maju menuju pemulihan.
Penelitian dari American Psychological Association menunjukkan bahwa pengakuan terhadap trauma adalah kunci utama dalam mempercepat proses pemulihan. Orang yang terbuka untuk mengakui pengalaman traumatisnya cenderung lebih cepat mendapatkan bantuan dan dukungan yang diperlukan untuk penyembuhan.
Mencari Dukungan: Jangan Hadapi Sendirian
Tidak ada satu pun orang yang bisa melewati trauma sendirian dengan mudah. Trauma sering kali terasa sangat berat jika dihadapi tanpa dukungan dari orang lain. Oleh karena itu, langkah berikutnya dalam proses pemulihan adalah mencari dukungan, baik dari keluarga, teman, maupun profesional kesehatan mental.
Membicarakan perasaan dan pengalaman traumatis dengan seseorang yang bisa kamu percayai dapat mengurangi beban emosional yang kamu rasakan. Dukungan sosial yang kuat bisa menjadi penentu penting dalam pemulihan trauma.Â
Selain itu, berbicara dengan psikolog atau terapis bisa membantu kamu untuk memahami lebih dalam tentang trauma yang dialami dan bagaimana cara terbaik untuk mengatasinya.
Sebuah studi dari Journal of Traumatic Stress mengungkapkan bahwa terapi kognitif-perilaku (CBT)Â adalah salah satu metode yang paling efektif untuk membantu individu memproses trauma.Â
CBT bekerja dengan membantu seseorang untuk mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif yang terkait dengan trauma, serta belajar cara-cara baru untuk merespons situasi traumatis dengan lebih adaptif.