Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Takut Kasih Sayang Terbagi, Alasan Anak Pertama Tidak Ingin Punya Adik

28 September 2024   10:36 Diperbarui: 28 September 2024   10:39 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kakak dan Adik/Pixabay.com

Menjadi anak pertama adalah pengalaman yang penuh tantangan. Banyak anak pertama tumbuh dengan perhatian dan kasih sayang yang sepenuhnya diberikan oleh orang tua kepada mereka. Ketika anak pertama mendengar bahwa mereka akan memiliki adik, sering kali yang muncul bukan kegembiraan, melainkan ketakutan dan kekhawatiran. Salah satu alasan utama di balik ketakutan ini adalah perasaan bahwa kasih sayang orang tua akan terbagi. Mereka merasa bahwa kehadiran adik akan mengubah dinamika keluarga, mengalihkan perhatian yang selama ini mereka miliki sepenuhnya. Meskipun kekhawatiran ini wajar, penting bagi orang tua untuk memahami dan mengelola perasaan anak pertama agar tidak berpengaruh negatif terhadap perkembangan emosional mereka.

Kasih sayang yang terbagi memang menjadi kekhawatiran umum. Anak pertama yang sudah terbiasa mendapatkan perhatian penuh dari orang tua merasa bahwa mereka akan kehilangan eksklusivitas tersebut. Sebuah studi dari University of Michigan menemukan bahwa anak pertama sering mengalami kecemasan ketika tahu bahwa perhatian orang tua akan dibagi dengan adik yang baru lahir. Ini adalah perasaan alami yang timbul dari perubahan status di keluarga, di mana anak pertama harus beradaptasi dengan kehadiran anggota baru. Penting bagi orang tua untuk memberikan pemahaman bahwa perhatian yang terbagi tidak berarti kasih sayang berkurang. Dalam hal ini, komunikasi yang baik menjadi kunci. Orang tua bisa memberi pengertian kepada anak pertama bahwa mereka tetap dicintai dan disayangi, meskipun ada adik yang juga memerlukan perhatian.

Selain itu, perubahan peran dalam keluarga juga menjadi sumber kekhawatiran anak pertama. Mereka yang selama ini menjadi pusat perhatian dan sering kali memiliki peran sebagai anak yang diandalkan, mungkin merasa bahwa posisinya akan tergeser oleh adik baru. Ini bisa memicu perasaan tidak aman dan membuat anak pertama merasa bahwa mereka kehilangan status penting dalam keluarga. Oleh karena itu, orang tua perlu melibatkan anak pertama dalam proses menyambut adik baru, seperti meminta pendapat mereka saat mempersiapkan barang-barang untuk adik atau melibatkan mereka dalam proses memilih nama. Dengan cara ini, anak pertama akan merasa dihargai dan tetap memiliki peran penting dalam keluarga.

Kekhawatiran lain yang sering dirasakan oleh anak pertama adalah perubahan dalam hubungan dengan orang tua. Mereka mungkin merasa bahwa cinta orang tua yang selama ini hanya untuk mereka akan beralih kepada adik. Ketakutan ini bisa diperparah jika orang tua tidak memberikan jaminan emosional yang cukup. Sebuah penelitian dalam Journal of Family Psychology menunjukkan bahwa anak-anak yang mendapatkan dukungan emosional dari orang tua selama masa transisi ini lebih mampu menerima kehadiran saudara kandung dengan positif. Orang tua perlu memastikan bahwa anak pertama tetap merasa dicintai dan didukung, meskipun ada adik baru yang memerlukan perhatian lebih.

Anak pertama juga sering kali khawatir bahwa waktu bermain atau waktu eksklusif mereka dengan orang tua akan berkurang setelah adik lahir. Bayi membutuhkan perhatian intensif, dan hal ini bisa membuat anak pertama merasa ditinggalkan. Untuk mengatasi hal ini, penting bagi orang tua untuk tetap menyediakan waktu khusus bagi anak pertama, meskipun adik baru membutuhkan banyak perhatian. Waktu berkualitas yang dihabiskan bersama anak pertama tanpa kehadiran adik bisa membantu mereka merasa tetap dihargai dan diperhatikan. Contohnya, orang tua bisa menyisihkan waktu untuk bermain atau melakukan aktivitas yang disukai anak pertama secara eksklusif.

Selain faktor internal, pengaruh lingkungan juga dapat memengaruhi pandangan anak pertama tentang kehadiran adik. Teman sebaya atau cerita dari anggota keluarga lain bisa memengaruhi perasaan anak pertama terhadap adik. Jika mereka mendengar pengalaman negatif, seperti adanya konflik atau persaingan antar saudara, mereka mungkin akan merasa lebih cemas. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memberikan gambaran positif dan realistis tentang memiliki adik. Orang tua bisa menjelaskan bahwa meskipun kehadiran adik membawa perubahan, mereka juga membawa banyak hal baik, seperti teman bermain yang baru dan anggota keluarga yang dapat diajak bekerja sama.

Perasaan cemburu juga merupakan salah satu respons yang umum ketika anak pertama harus berbagi perhatian dengan adik. Cemburu ini dapat muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari perilaku rewel hingga tindakan agresif terhadap adik. Perasaan ini wajar, tetapi jika tidak ditangani dengan baik, dapat mengganggu hubungan antar saudara. Orang tua harus memastikan bahwa perhatian dan kasih sayang dibagi secara adil antara anak-anak. Melibatkan anak pertama dalam merawat adik juga bisa menjadi cara yang efektif untuk mengurangi kecemburuan. Misalnya, anak pertama bisa diminta membantu dengan hal-hal sederhana, seperti mengambilkan popok atau membantu memandikan adik. Dengan cara ini, mereka akan merasa lebih bertanggung jawab dan dekat dengan adik.

Namun, penting juga untuk diingat bahwa setiap anak memiliki kesiapan emosional yang berbeda-beda dalam menghadapi kehadiran saudara kandung. Ada anak yang mudah beradaptasi, tetapi ada juga yang memerlukan waktu lebih lama. Orang tua perlu bersabar dan memberikan dukungan emosional yang diperlukan. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan memperkenalkan konsep memiliki adik jauh sebelum adik lahir. Buku cerita atau video tentang hubungan kakak-adik bisa menjadi alat bantu yang efektif untuk membantu anak pertama mempersiapkan diri menghadapi perubahan ini.

Kehadiran adik baru memang sering kali membawa tantangan emosional bagi anak pertama. Namun, dengan pendekatan yang tepat, orang tua dapat membantu anak pertama mengatasi ketakutan mereka dan menerima kehadiran adik dengan lebih positif. Anak pertama perlu merasa bahwa mereka tetap dihargai, dicintai, dan memiliki peran penting dalam keluarga, meskipun ada anggota keluarga baru yang membutuhkan perhatian. Orang tua juga harus memastikan bahwa anak pertama mendapatkan dukungan emosional yang cukup selama masa transisi ini, sehingga mereka bisa tumbuh dengan rasa percaya diri dan hubungan yang baik dengan saudara kandung mereka.

Pada akhirnya, meskipun ketakutan akan terbagi kasih sayang adalah hal yang wajar, ini tidak harus menjadi masalah yang permanen. Dengan komunikasi yang baik, perhatian yang seimbang, dan keterlibatan anak pertama dalam proses menyambut adik, orang tua bisa membantu mengurangi kecemasan yang dirasakan anak pertama. Lebih dari itu, hubungan kakak-adik yang harmonis dapat terbentuk dan tumbuh menjadi fondasi yang kuat untuk keluarga yang bahagia dan penuh kasih sayang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun