Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jadilah Penulis dan Jurnalis Damai, Penting untuk Menulis dengan Hati Nurani

8 September 2024   16:57 Diperbarui: 8 September 2024   17:18 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Ilustrasi Penulis. Pixabay.com/kaboompics 

Di tengah derasnya arus informasi dan masifnya perkembangan teknologi, peran penulis dan jurnalis semakin penting. Setiap hari, jutaan informasi tersaji melalui berbagai platform, mulai dari media cetak hingga digital. Dalam kondisi seperti ini, tanggung jawab besar ada di pundak para penulis dan jurnalis untuk menyampaikan informasi yang bukan hanya akurat, tetapi juga menyejukkan hati pembaca. Inilah mengapa kita semua harus berupaya menjadi penulis dan jurnalis damai yang berani penyampai kebenaran, fakta dan membawa ketenangan di tengah masyarakat.

Sebagai penulis atau jurnalis, kamu mungkin sering merasa bahwa tugas utama adalah menyampaikan fakta. Namun, apa yang sering terlewatkan adalah cara penyampaian fakta tersebut. Fakta memang penting, tetapi bagaimana fakta itu dikemas dan disampaikan bisa berdampak besar pada pembaca. Informasi yang disajikan tanpa mempertimbangkan emosi dan dampak sosial dapat memicu konflik, ketidaknyamanan, bahkan keresahan di kalangan masyarakat. Ini alasan kuat mengapa penulis damai begitu dibutuhkan.

Kekuatan Kata dalam Setiap Tulisan

Kata-kata memiliki kekuatan luar biasa. Sebuah artikel, opini, atau berita bisa mengubah pandangan seseorang, mempengaruhi persepsi banyak orang, bahkan menggerakkan mereka untuk bertindak. Sayangnya, tidak semua penulis menyadari betapa kuatnya dampak dari sebuah tulisan. Penulis sejati pasti memahami bahwa setiap kata yang ditulis bukan hanya soal estetika atau keterampilan berbahasa, tetapi juga soal tanggung jawab moral.

Ketika kamu menulis, kamu harus bertanya pada diri sendiri: "Apakah tulisan ini akan memberikan manfaat bagi orang lain? Apakah tulisan ini akan menambah kedamaian atau justru menimbulkan kebingungan dan kekacauan?" Pertanyaan-pertanyaan ini seharusnya selalu menjadi panduan bagi setiap penulis dan jurnalis. Dengan menulis dengan niat menciptakan kedamaian, kamu turut serta dalam membentuk masyarakat yang lebih baik, lebih harmonis, dan lebih berempati.

Menjadi Jurnalis Damai di Tengah Media yang Serba Sensasional

Jurnalis damai tidak hanya berfokus pada kebenaran, tetapi juga pada cara menyampaikan berita agar tidak menimbulkan keresahan publik. Di tengah media yang berlomba-lomba mengejar berita sensasional untuk menarik klik dan perhatian, jurnalis dan penulis sejati tetap memegang teguh prinsip-prinsip jurnalistik. Mereka menyajikan berita dengan penuh integritas, memastikan bahwa apa yang disampaikan telah melalui proses verifikasi dan tidak merugikan pihak manapun.

Namun, jurnalisme dan penulis tidak berarti menghindari isu-isu kontroversial. Sebaliknya, jurnalis damai justru mampu mengupas isu-isu sensitif dengan cara yang bijak, objektif, dan tetap menjaga kedamaian di tengah masyarakat. Mereka memahami bahwa setiap kata yang ditulis akan dibaca oleh ribuan, bahkan jutaan orang, dan dampak dari tulisan tersebut bisa sangat besar. Dengan pendekatan yang seimbang, jurnalis damai mampu membedakan antara berita yang menyulut emosi dan berita yang mengedukasi pembaca untuk berpikir lebih kritis.

Pentingnya Menggunakan Bahasa yang Bijak dan Sopan

Dalam dunia digital yang serba cepat, terkadang kita lupa bahwa bahasa yang digunakan dalam tulisan sangat menentukan bagaimana pesan tersebut diterima oleh pembaca. Bahasa yang kasar, provokatif, atau terlalu emosional sering kali menjadi pemicu utama timbulnya konflik di kalangan masyarakat. Penulis dan jurnalis seharusnya selalu berhati-hati dalam memilih kata-kata mereka. Sebagai penulis kita harus menggunakan bahasa yang sopan, bijak, dan mudah dipahami oleh semua kalangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun