Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masyarakat Indonesia Lebih Suka Konsumsi Berita Hoax: Bagimana Bisa Terjadi? Dan Apa Solusinya!

23 Agustus 2024   07:00 Diperbarui: 23 Agustus 2024   13:07 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di era digital yang semakin canggih ini, akses informasi menjadi lebih cepat dan mudah dibandingkan beberapa dekade lalu. Sayangnya, di balik kemudahan tersebut, ada sisi gelap yang menjadi masalah yang bukan main-main, yaitu maraknya berita hoax atau berita palsu. Berita hoax bukan hanya sekadar informasi yang salah, melainkan bisa berdampak luas dan berbahaya. Di Indonesia, masalah konsumsi berita hoax menjadi semakin mengkhawatirkan karena bisa memecah belah kelompok, meberikan informasi yang tidak benar juga membuat keresahan. Pertanyaannya, mengapa hal ini bisa terjadi? Apa yang menyebabkan masyarakat Indonesia lebih banyak mengonsumsi berita hoax, dan bagaimana solusinya agar tidak semakin parah?

Bagaimana Berita Hoax Bisa Menguasai Ruang Informasi?

Salah satu alasan utama mengapa masyarakat Indonesia lebih banyak mengonsumsi berita hoax adalah rendahnya tingkat literasi digital. Banyak dari kita yang belum terbiasa untuk memverifikasi informasi yang kita terima. Ketika menerima berita dengan judul yang bombastis atau isi yang kontroversial, kita cenderung langsung percaya dan bahkan ikut menyebarkan informasi tersebut tanpa mengecek kebenarannya terlebih dahulu. Hal ini diperburuk dengan kenyataan bahwa masih banyak dari kita yang belum mampu membedakan mana berita yang valid dan mana yang hoax.

Masalahini juga diperkuat oleh algoritma media sosial yang cenderung menyajikan konten berdasarkan preferensi dan perilaku pengguna. Kamu mungkin sering kali menemukan bahwa media sosial menampilkan berita-berita yang sejalan dengan keyakinan atau pandanganmu. Ini disebut dengan "echo chamber," di mana kamu hanya disajikan informasi yang memperkuat sudut pandang yang sudah kamu miliki. Akibatnya, berita hoax yang sesuai dengan preferensimu menjadi lebih sering muncul di beranda, dan semakin banyak orang yang terjebak dalam lingkaran informasi yang salah.

Kurangnya pengetahuan mengenai literasi media juga menjadi faktor signifikan. Di Indonesia, masih banyak masyarakat yang tidak memahami bagaimana cara kerja media, bagaimana berita diproduksi, dan apa yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa informasi yang diterima adalah benar. Kelemahan ini membuat banyak orang mudah tertipu bahkan hanya oleh judul-judul yang provokatif dan isi berita yang tampaknya meyakinkan, namun sebenarnya tidak benar dan menyesatkan.

Selain itu, penyebaran berita hoax juga sering kali terjadi karena faktor emosional. Berita hoax sering kali dirancang untuk memicu reaksi emosional yang berlebihan, seperti rasa marah, takut, atau simpati yang berlebihan. Ketika emosi kita terpicu, kemampuan kita untuk berpikir secara kritis dan rasional sering kali menurun. Kita menjadi lebih mudah menerima dan menyebarkan berita tersebut tanpa mempertimbangkan keabsahannya. Inilah salah satu alasan mengapa berita hoax begitu cepat menyebar di tengah masyarakat.

Dampak Negatif Konsumsi Berita Hoax

Menyebarnya berita hoax tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada masyarakat luas. Pertama, konsumsi berita hoax bisa menciptakan kepanikan massal. Berita palsu tentang isu-isu sensitif seperti kesehatan, keamanan, atau politik dapat memicu keresahan di tengah masyarakat. Contohnya, selama pandemi COVID-19, banyak berita hoax yang menyebar mengenai pengobatan yang tidak terbukti dan hanya berkedok menjual barang karena ketakutan masyarat yang terbangun dengan infromasi keliru tersebut, yang akhirnya merugikan masyarakat sendiri .

Kedua, berita hoax dapat merusak reputasi individu atau kelompok tertentu. Sering kali, berita hoax digunakan untuk menjatuhkan seseorang atau kelompok dengan menyebarkan informasi yang tidak benar sehingga masyarat penguna media sosial membanjiri keleompok tersebut dengan hate comment. Ini dapat menyebabkan kerugian yang signifikan, baik secara pribadi maupun profesional, dan sering kali sulit untuk diperbaiki.

Ketiga, berita hoax juga dapat mengikis kepercayaan masyarakat terhadap media dan informasi yang benar. Ketika masyarakat terus-menerus dibombardir dengan berita palsu, mereka bisa menjadi skeptis terhadap semua jenis informasi, bahkan yang valid sekalipun. Ini bisa menyebabkan kebingungan dan ketidakpercayaan yang meluas, yang pada akhirnya merugikan semua pihak.

Solusi untuk Mengatasi Penyebaran Berita Hoax

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun