Mohon tunggu...
Nufransa Wira Sakti
Nufransa Wira Sakti Mohon Tunggu... Administrasi - Profesional

" Live your life with love " --Frans--

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Indonesia Perlu Musuh Bersama

16 Agustus 2010   01:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:00 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Peringatan kemerdekaan Republik Indonesia (RI) tahun ini ditandai dengan terjadinya pelecehan (lagi) terhadap kedaulatan wilayah RI oleh Malaysia. Tiga orang petugas dari Departemen Kelautan dan Perikanan ditahan oleh pihak Malaysia karena menangkap nelayan Malaysia yang mencari ikan di wilayah perairan Indonesia. Sengketa dengan Malaysia berkenaan dengan wilayah kedaulatan RI ini bukanlah yang pertama.

Indonesia dengan wilayahnya yang luas dan jumlah penduduknya yang sangat banyak dan beragam ternyata belum sepenuhnya merdeka. Contoh sengketa di atas hanyalah salah satu dari belum merdekanya negara kita dari jajahan negara asing di wilayah kedaulatan kita sendiri. Dari sisi perekonomian, kita juga masih didikte dan dijajah oleh negara maju yang mempunyai posisi tawar lebih kuat di dunia internasional. Banyak produk kita yang dijual ke luar negeri dalam bentuk bahan baku berharga murah yang kemudian kembali ke republik ini dalam bentuk produk unggulan dengan harga yang lebih mahal. Belum lagi produk ekspor kita yang seringkali di batasi oleh kuota oleh negara lain tapi sebaliknya kita tidak bisa membatasi produk luar negeri yang masuk ke negara kita sendiri.

Bumi dan kekayaan alam pertambangannya juga masih terjajah oleh bangsa lain. Anak-anak bangsa yang pintar hanya menjadi kuli di perusahaan pertambangan milik perusahaan multi nasional asing. Sementara hasil kekayaan alam kita terus dikeruk untuk kepentingan bangsa lain. Ironisnya, kita seperti menjadi orang asing bila mengunjungi lokasi kerja dan pemukiman para pekerja asing pertambangan tersebut. Memasuki wilayah tersebut seolah-olah berada bukan di wilayah sendiri lengkap dengan penjagaan ketat oleh bangsa sendiri yang memperlakukan anak bangsa sebagai manusia yang patut dicurigai.

Indonesia seperti kehilangan jati dirinya. Di tengah arus globalisasi, bangsa kita seperti terseret pusaran arus global yang siap menelan siapa saja yang tidak siap dengan tonggak negara yang kuat sebagai pelindung. Beberapa waktu belakangan ini banyak sekali terjadi kerusuhan, kekerasan dan keributan hanya karena persoalan kecil dan sepele. Kesatuan dan persatuan sudah menjadi barang langka dan sirna karena tiadanya pengikat kuat di setiap hati anak bangsa. Semua urusan selalu berakhir demi periuk nasi diri sendiri serta sejengkal tanah pribadi, bukan lagi atas nama bangsa dan negara. Realita ini berlaku mulai dari rakyat biasa sampai penguasa. Di mana ada kesempatan, dapat dipastikan kepentingan pribadi akan mendahului yang lain.

Menyatunya kepentingan kumpulan manusia Indoensia biasanya terjadi apabila mempunyai musuh bersama. Dengan terciptanya musuh bersama, berbagai kalangan akan bersatu padu dan siap berperang melawan musuh. Dalam hal ini, bangsa Indonesia dapat belajar dari perang kemerdekaan dengan bangsa penjajah sebagai para musuhnya. Musuh bersama juga dapat dikondisikan seperti pada waktu perang bersama melawan komunis pada era Orde Baru.

Hanya perlu kemauan dan niat baik pemerintah sebagai komandan perang menghadapi musuh bersama. Musuh-musuh tersebut dapat dikondisikan dalam bentuk seruan yang berulang-ulang, deklarasi besar-besaran, mobilisasi besar-besaran untuk memperlihatkan keseriusan pemerintah. Lalu siapa musuhnya? Banyak sekali musuh bersama bangsa kita, bisa “narkoba” yang telah merusak generasi muda Indonesia, bisa “kemiskinan” yang membuat jurang dalam antara sesama warga negara, bisa “korupsi” yang banyak merugikan bangsa dan masih banyak lagi musuh-musuh bersama yang dapat dikondisikan. Tentu saja semua ini jangan hanya dijadikan sebagai slogan dan jargon pemanis tanpa upaya serius seperti kebanyakan terjadi. Perang terhadap narkoba dapat meneladani keseriusan pemerintah Thailand saat pemerintahan PM Thaksin. Perang terhadap korupsi bisa meniru pemerintah China. Sudah banyak contoh yang dapat dipelajari. Bangsa ini menunggu komando dari sang panglima perang agar dapat bersatu padu untuk memenangkan perang melawan musuh besar bersama. Mari kita semua bersiap untuk berperang.

DIRGAHAYU INDONESIAKU !

-Frans-

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun