Masih cerita seputar pengalaman menimba ilmu dari negeri sakura. Suatu hari saya dipanggil oleh professor pembimbing disertasi. Kami berdiskusi tentang paper yang akan saya submit ke sebuah jurnal. Setelah melihat draft paper yg sudah dibuat, beliau meminta agar mencari sumber data lain sebagai pembanding. Data tersebut berupa dokumen Liga Bangsa-Bangsa yang dikeluarkan pada tahun 1920an. Liga Bangsa Bangsa adalah cikal bakal dari Persatuan Bangsa Bangsa (PBB). Waduh…bagaimana mesti mencari doumen ini??? [caption id="attachment_19673" align="alignnone" width="300" caption="Niigata University, January 2009"][/caption] Setelah pertemuan dengan professor di hari itu, dimulailah pencarian sang dokumen yang sudah sangat tua tsb. Sasaran pertama adalah perpustakaan kampus. Hasilnya dengan sukses tidak ketemu. Kemudian peburuan dlanjutan ke paman Google yang baik hati. Perlu waktu cukup lama serta ketabahan sendiri untuk mencari dokumen ini. Memang banyak yang menjadikan dokumen ini sebagai referensi atau sumber pustaka, tapi dokumen ini sendiri tidak pernah ada di internet. Setelah berkutat hampir dua minggu, akhirnya ketemu juga. Ternyata semua perpustakaan universitas negeri di Jepang terhubung dalam sebuah link yang bisa diakses oleh para mahasiswanya. Salah satu universitas, Universitas Kyoto, ternyata masih menyimpan dokumen atau kopi dari aslinya. Lega rasanya. Dengan membayar ongkos kirim melalui perpustakaan universitas, dalam jangka waktu dua hari, dokumen sudah bisa diambil di perpustakaan kampus. Kita juga mendapatkan waktu 3 hari untuk membacanya. Setelah menerima paper tersebut, seperti sudah diduga, sudah sangat tua, dan rapuh , tapi masih bisa dibaca dengan jelas. Supaya lebih enak membacanya dengan nyaman, langsung saja dikopi dan dkembalikan ke kampus. Sepertinya sih ada bagian2 yang agak lepas ketika dikopi. Heheheh… Setelah membaca dokumen tua tersebut, baru ketahuan bahwa paper yang saya buat agak tidak sesuai dengan prinsip dasarnya. Tidak sia-sia memang membaca dokumen tersebut. Rasa lelah dan suntuk karena mencari dokumen tersebut langsung hilang. Dokumen tersebut menjadi inti, konsep awal serta fundamental sejarah dari dokumen perjanjian tax treaty yang sekarang berkembang di dunia perpajakan dan menjadi objek peneitian saya. Dari sana baru terasa bahwa maksud sang profesor adalah supaya kita mempunyai basic understanding tentang sebuah kegiatan/kejadian yang berlangsung saat ini. Kita juga bisa tahu perubahan-perubahan yang terjadi dalam puluhan tahun perjalanannya. Yang paling penting, kita bisa tahu philosophy dari sesuatu yang kita pelajari. Moral of the story, untuk mengetahui sesuatu, kita tidak boleh langsung menjustifikasi apa yang kita lihat saat ini. Diperlukan waktu untuk melihat ke belakang terutama akar sejarah atau permasalahannya. Dari sana, kita bisa melihat dengan lebih bijaksana serta mendalami persoalan sesungguhnya. Honto ni arigatou gozaimashita Komamiya Sensei !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H