Tulisan ini dibuat untuk menjawab tantangan Mas Isjet, seorang sahabat Kompasiana ketika berkunjung ke laman FB saya. Judul tulisan ini juga Mas Isjet yang menuliskan. Tantangan itu ada pada komentarnya di foto saya yang sedang bersalaman dengan Ibu Sri Mulyani Indrawati (SMI). Foto tersebut diambil seusai pelantikan menjadi Menteri Keuangan pada hari Rabu 27 Juli 2016. Gambar yang saya unggah itu sendiri sudah mendapatkan ratusan jempol (like) pada satu jam pertama, itu saja sudah menunjukkan kehebatan dan ketenaran Ibu SMI.
Dari sisi pemberitaan, penunjukan SMI juga memenuhi banyak berita dan medsos. Ucapan “selamat datang kembali” banyak berseliweran di medsos sebagai ungkapan sukacita kembalinya SMI pada jabatan yang sama di kabinet. Padahal, terpilihnya Wiranto juga merupakan kembalinya beliau pada jabatan yang sama sebagai menko polkam di kabinet, tapi tidak terlalu banyak dihebohkan.
Keriuhan penyambutan beliau di Kementerian Keuangan sudah terasa ketika Presiden Jokowi mengumumkan namanya sebagai menteri keuangan menggantikan Bapak Bambang Brodjonegoro yang menjadi Menteri PPN/Kepala Bappenas. Sejak pukul 16.00, para pegawai Kemenkeu sudah berkumpul dan berbaris dari lobi sampai ruang Mezzanine di lantai 2 Gedung Juanda I Kementerian Keuangan. Pada pukul 17.00, SMI yang baru saja selesai menghadiri sidang kabinet di Istana Kepresidenan akhirnya tiba dan disambut dengan ucapan selamat datang serta tepuk tangan riuh para pegawai.
Pada sambutan pertamanya setelah selesai serah-terima jabatan menkeu, Ibu SMI merasa bahwa tugas yang diembannya sebagai menkeu adalah jabatan yang mulia namun tidak ringan. Untuk itu, beliau membutuhkan bantuan dan dukungan dari semua pihak, mulai pegawai Kemenkeu, pengusaha, kementerian lain, dan juga DPR. Khusus untuk dukungan dan kerja sama dari DPR, beliau bahkan menyebut nama salah seorang anggota DPR yang dulu sempat menjadi salah satu inisiator kasus Bank Century.
Anggota DPR Komisi XI tersebut juga hadir pada acara sore hari itu dan tersenyum mendengarnya. Ini juga salah satu kehebatan SMI, beliau berani dan fair untuk berhadapan dengan orang yang dulu tidak menyukainya. Tutur bahasanya halus, dengan penekanan pada bagian-bagian yang dianggap penting, serta dilengkapi dengan intonasi yang enak didengar.
Wanita pertama yang menjadi managing director di World Bank pernah dinobatkan sebagai menteri keuangan terbaik se-Asia pada tahun 2006. Sedangkan pada tahun 2008, beliau meraih julukan sebagai wanita paling berpengaruh ke-23 di dunia versi majalah Forbes. Gelar pada tahun 2008 tersebut bahkan mengalahkan Hillary Clinton yang berada di urutan 28. Dalam rilis terbaru majalah Forbes di tahun 2016, SMI menduduki peringkat 37 sebagai Most Powerful Women 2016.
Kariernya sebagai akademisi juga sangat mumpuni, selain sebagai dosen di FEU UI dan pernah menjadi asisten profesor di University of Illinois at Urbana Champaign USA, jabatan yang pernah diembannya adalah juga sebagai kepala LPEM FEUI. Di pemerintahan, pengalamannya sebagai menteri diawali sebagai menteri perencanaan pembangunan nasional (PPN)/kepala Bappenas pada masa pemerintahan SBY di tahun 2004-2005. Kemudian pada Desember 2005 sampai Mei 2010 beliau menduduki jabatan sebagai menteri keuangan.
Di sela jabatannya, beliau juga sempat merangkap jabatan menjadi menko bidang perekonomian mulai Juni 2008 sampai Oktober 2009. Jabatan sebagai menkeu saat ini adalah untuk ketiga kalinya, jabatan menkeu yang kedua (Oktober 2009 – Mei 2010) tidak berakhir sampai dengan habisnya pemerintahan SBY di tahun 2014. Kasus Bank Century pada waktu itu membawa SMI ke World Bank di Washington DC. Saya dulu juga sempat menulis tentang beliau ketika hendak "berpamitan" kepada masyarakat.
Kehebatannya yang lain adalah keberaniannya memberikan kritik kepada institusinya sendiri. Dengan bahasa yang diperhalus, beliau mengatakan bahwa target penerimaan pajak pada APBN tahun 2016 cukup ambisius. Dengan kompetensinya sebagai mantan direktur pelaksana World Bank, tentu saja dia tahu mengenai kondisi perekonomian global dan dampaknya terhadap Indonesia. Apalagi realisasi penerimaan pajak sampai bulan Juli 2016 juga masih sangat rendah. Namun demikian, SMI tetap memberikan semangat kepada jajaran pejabat Ditjen Pajak agar terus memberikan yang terbaik. Melihat hal ini, tidak menutup kemungkinan pada beberapa waktu ke depan ada kebijakan baru terkait perpajakan.