Mohon tunggu...
Franky Febryanto Banfatin
Franky Febryanto Banfatin Mohon Tunggu... -

...hanyalah seorang mahasiswa calon pekerja sosial internasional yang sekarang sedang terdampar di Korea Selatan untuk mengorek ilmu~

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

It Gets Better (Thailand Movie): Film Transeksual yang Menyentuh

22 Agustus 2012   10:00 Diperbarui: 4 April 2017   16:17 19014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang belakangan ini punya reputasi bagus di dunia perfilman adalah Thailand. Terkenal dengan negara penghasil film horor, sekarang sineas perfilman Negara Gajah itu lebih condong memproduksi film bertema komedi romantis namun punya nilai seni tinggi dari segi alur cerita, makna tersirat, hingga point of view serta angle of shoot. Tidak ringan dan renyah tapi indah dan berkualitas. [caption id="attachment_194475" align="aligncenter" width="300" caption="Movie Poster"][/caption] It Gets Better adalah salah satu film terbaik produksi tahun 2012 yang saya temukan dengan tidak sengaja saat sedang jalan-jalan di Asia Corner. Jujur, awalnya tertarik beli karena kovernya. Cewek-cewek manis (walaupun saya shock pada akhirnya). Di bayangan saya, mungkin film ini seperti film drama komedi Thailand (komedi Thailand memang dibuat jenius dan tidak garing) lainnya, misal, Crazy Little Thing Called Love, Hello Strangers, dan Suck Seed. Tanpa panjang lebar, langsung ambil. Malamnya libas. Tonton. Kelucuan film ini sudah tampak di awal dengan adegan seorang wanita paruh baya (well, cukup cantik) sedang buang air kecil di depan mobil mewah sambil merokok. Latarnya perbukitan Thailand Utara yang cantik. Wanita ini sepertinya sedang mengunjungi sebuah desa, masa lalunya. Dia kaya, namun entah mengapa dia selalu mencuri makanan ringan sejenis permen di sebuah warung kecil dengan berpakaian ala-ala Lady Gaga. Hingga suatu hari dia tertangkap basah sedang mengintip bapak tua pemilik warung itu suatu malam oleh seorang pemuda tampan (bad boy look-act) yang berprofesi sebagai tukang bengkel. Perbedaan usia mereka cukup jauh. Sekira 20-50. Namun karena intensitas pertemuan, mereka pun saling jatuh cinta. Walaupun motif awal keduanya pada awalnya hanya sex. Tokoh lain, dengan latar dan cerita berbeda tiba-tiba muncul. Din, siswa SMA yang hobi menari, dipaksa ayahnya untuk menjadi seorang biarawan karena tingkahnya yang feminim. Berharap anak semata wayangnya dapat berubah jadi lebih maskulin. Namun, ternyata di kuil tempat dia menjadi biksu, Din malah bertemu, Luang. Sahabat Din, yang sebenarnya Din sayangi. Begitu juga Luang. Alasan serupa yang membuatnya memutuskan menjadi biksu. Berusaha saling melupakan, namun mereka malah terjebak dalam 1 kuil yang sama. Hanya berdua. Din yang takut dan manja, diam-diam selalu menangis ingin kabur dan masuk ke dalam kamar kayu Luang yang sebenarnya selama ini selalu melindungi Din. Cerita ketiga, lagi-lagi tokoh baru dengan latar kota Bangkok yang modern. Tonmai, mahasiswa dari Amerika harus terpaksa pulang ke Bangkok untuk meneruskan usaha Pub & Bar paling terkenal se-Thailand, milik ayahnya. Ton sebenarnya tidak menyukai ini karena dia cukup membenci ayahnya itu. Disinilah dia menjadi direktur dan mulai kebingungan karena banyak sekali penari wanita cantik bertebaran di sekitarnya. Bukan bingung memilih pasangan namun bingung mengapa dia bisa jatuh cinta terhadap seorang makhluk cantik yang dia ketahui adalah seorang pria. Padahal, Ton adalah seorang fobia dan pembenci Gay, Lesbi dan Transgender. Jujur, awalnya ceritanya sangat menggelikan dan membingungkan. Tiap adegan seperti puzzle-puzzle yang berantakan. Banyak pertanyaan yang akan muncul. Seperti Omnibus. Tiga cerita dalam 1 film namun tidak berurutan, pecah-pecah. Itulah keunikan film ini. Namun 20 menit menjelang akhir, akhirnya puzzle pun tersusun. Pertanyaan "mengapa-mengapa?" pun terjawab dengan mulut menganga "Ohhh..." yang lebar dan mengejutkan. Ternyata 3 cerita itu berkaitan pada satu hal. Dan hanya 1 orang tokoh sentral sebenarnya. Loh??? Find it. Weel, film dengan isu transeksual ini tidak seringan yang kita pikirkan. Banyak pesan tentang keluarga, pilihan hidup, toleransi, dan hak asasi manusia yang tersirat dalam film ini. Nilai plus lain adalah kehadiran Bell Nuntita (Thailand's Got Talent) [caption id="attachment_194477" align="aligncenter" width="300" caption="Bell Nuntita (Thailand"]

13456295161645802801
13456295161645802801
[/caption] yang tampil memukau dari segi akting dan suaranya. Satu lagi yang menarik, Anda akan kebingungan menilai mana yang sebenarnya pria dan wanita dalam film ini. Saya saja banyak salah tebak. Hahaha. Happy searching! My rate: 8/10

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun