Mohon tunggu...
dwi atmoko
dwi atmoko Mohon Tunggu... -

mahasiswa psikologi UIN angkatan 2006

Selanjutnya

Tutup

Nature

*Greenpeace

7 November 2010   05:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:47 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Negri ini kembali berduka, negri ini kembali tertimpa bencana. Mulai dari banjir bandang di ujung timur Indonesia, gempa serta tsunami di Mentawai, sampai letusan gunung Merapi di Pulau Jawa. Kemudian terdapat pula ancaman 22 Gunung berapi yang seolah tak mau kalah saing ber-erupsi. Tentu masih banyak lagi mengantri pergolakan bencana di bumi ini.

Telah banyak nyawa melayang, begitu pula kerugian secara materi yang harus di emban. Bencana yang terjadi seolah menjadi luapan kekecewaan alam terhadap manusia yang tak bosan-bosannya terus mengekploitasi alam tanpa memperhatikan hak-hak alam. Manusia seakan menjadi raja yang tak henti meminta. Bumi ini seakan terus menerus tergerus ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga tak ada lagi keseimbangan hidup, karena semakin deras masuknya ilmu pengetahuan yang tak lagi memperhatikan kearifan lokal tanah air tercinta ini.

Kini alam tak lagi menjadi sahabat, barangkali ia teramat terasakiti oleh manusia yang tak henti mengeksploitasi kekayaan hayati. Tak hanya di Indonesia, berkubik-kubik es dikutub utara dan selatan pun kini telah banyak yang mencair akibat tak ada lagi keseimbangan alam. Panas semakin mendominasi dunia, polusi semakin mencemari udara, hutan tak lagi dijaga, maka sesungguhnya kita hanya menunggu kehancuran dunia.

Tapi anehnya diantara kita hanya segelintir saja yang menyadari ini, bahkan lebih banyak yang tak sadar ketimbang yang sadar. Barangkali konsep psikologi humanis perlu menambah teori, tak hanya memanusiakan manusia, tapi ditambah dengan memanusiakan alam. Agar teori ini selalu terngiang di setiap benak anak negeri, sehingga tak lagi terus mengeksploitasi alam ini.

Go green…,go green…,go green…, hanya menjadi teriakan semu diseluruh pelosok bumi. Namun perusakan bumi tetap saja dilakoni, bahkan terlalu acuh rasanya untuk menyayangi bumi. Sudah saatnya kini kita merawat bumi yang semakin renta, sudah seharusnya kita menyayanginya semata-mata untuk warisan anak cucu kita.

Bumi ini milik kita semua, bukan milik dia atau mereka. Mari sama-sama kita jaga dengan seksama agar bumi tak lagi murka pada manusia. Hentikanlah segala macam perusakan, beralihlah pada satu kata ‘perawatan’. Sejatinya bumi ini pun dapat mengerti apa yang manusia kehendaki, asalkan saja manusia mau paham dan mengerti jauh lebih dalam akan kedalaman hayati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun