Dengan ini pulalah Soekarno masih ngotot mempertahankan partai-partai komunis, sebab jika kita samakan persepsi itikad kepemilikan bersama komunis yang sesungguhnya salah satunya adalah pada pasal ini. Komunis muncul untuk mendekatkan kesenjangan yang selama ini diciptakan oleh sistem feodal yang kini menjelma menjadi sistem kapitalis pada pasal ke-5 dengan perekonomian kooperatif atas dasar asas kekeluargaan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menuju demokrasi secara keseluruhan (ekonomi, sosial, dan politik). Maka sisi positif komunis meniadakan agama dalam visi-misi mereka adalah karena agama diperuntukan bagi keimanan rohani bukan untuk keambisian duniawi. Nah sekarang ini, apa dan siapakah yang lebih sakti untuk berpengaruh pada keberlangsungan hidup masyarakat?
Daftar Pustaka:
1 St. Sularto (ed.), Masyarakat Warga dan Pergulatan Demokrasi (Jakarta: Buku Kompas, 2001) hlm. 113.
2 Aim Abdulkarim, Pendidikan Kewarganegaraan, Membangun Warga Negara yang Demokratis; untuk kelas VIII Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2008), hlm. 109.
3Â W.J.S. Poerwadarminta (diolah kembali oleh: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa), Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1976), hlm. 717.
4 Tan Malaka, Muslihat, Politik, & Rencana Ekonomi Berjuang (Yogyakarta: Narasi, Cetakan kedua 2016), hlm. v-vi.
Frankincense (Purwokerto, 1 Oktober 2018)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H