Kembali lagi ke motif "itiak pulang patang". Di sini ada frasa “pulang patang (pulang petang)”. Ini dapat diartikan, bahwa sebagai masyarakat perantau, tidak jarang akhirnya mereka akan pulang ke kampung halaman lagi. Setidak-tidaknya masih ada perhatian atau ikatan emosi terhadap kampungnya. Bahkan ada pepatah di sana yang bilang begini : “setinggi-tingginya bangau terbang, akan kembali ke pelimbahan juga - sejauh-jauhnya merantau, akhirnya kembali ke kampung halaman juga”.
Sebenarnya masih banyak filosofi yang bisa dikaji dari arsitektur minangkabau ini, tetapi mungkin di lain kesempatan akan kita lanjutkan lagi dan sebagai penutup saya ingin menyimpulkan bahwa di dalam sepotong daging rendang yang ada di warung makan Padang, sebenarnya juga ada nilai lain yaitu kesabaran dan kebersamaan. Ini juga terbawa secara tidak langsung ke dalam arsitektur tradisional minangkabau. Akhir kata, arsitektur tradisional merupakan cerminan budaya yang ada di masyarakat setempat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H