Kalau dikasih pilihan, apakah pembaca akan memilih rumah impiannya, besar atau kecil ? Hmm, mumpung lagi mimpi, mending pilih rumah besar sekalian ya ? Tapi ingat, impian bisa jadi kenyataan, lho. Amin. Tidak diragukan lagi, pasti sebagian besar akan memilih rumah besar.
"Rumah besar jauh lebih enak, bisa ngapa-ngapain. Tapi sayangnya, kenyataan ini belum bisa terwujud karena terbentur oleh anggaran. Coba kalau saya punya uang lebih, pasti saya akan pilih rumah besar”. Itu kira-kira yang ada di pikiran para pembaca. Apakah hanya karena faktor budget sehingga orang tidak bisa mendapatkan rumah besar? Ternyata masih ada lho orang-orang justru memilih rumah kecil ketimbang rumah besar, karena memang kebutuhannya hanya segitu. Tidak lebih.
Secara pribadi, kalau saya dikasih pertanyaan tersebut saat ini, seiringan dengan bertambah usia, saya cenderung akan memilih rumah yang kecil, tetapi memiliki taman yang cukup besar, supaya saya bisa menanam pohon besar. Rumah jadi asri dan teduh. Juga mengingikan punya gudang yang besar dan rapi, supaya bisa menyimpan barang yang sudah tidak dibutuhkan lagi. Dengan adanya gudang, rumah tetap terlihat "minimalis" dan tidak terlalu banyak barang yang mesti dirawat. Intinya, saya tidak mau repot urus rumah tetapi mau rumah tetap rapi dan bersih.
Kalau saya perhatikan lagi, sewaktu masih muda, kalau ditanya rumah impiannya seperti apa, maka saya juga akan menginginkan rumah yang besar, ruang keluarga dan kamar tidur yang besar bahkan menghadap ke kolam renang.
Ternyata pandangan kita terhadap rumah impian kita juga senantiasa berubah sesuai dengan waktu dan realita kehidupan. Mungkin rumah impian saya sewaktu masih anak-anak, kalau ditanya, akan mengatakan, rumah impian saya adalah rumah bak istana. Anak-anak hanya tahu, rumah besar identik dengan istana seperti di film-film Walt Disney.
Tidak ada yang salah dengan perubahan seperti apa rumah impian itu. Sewaktu anak-anak kita tidak berpikiran bahwa merawat rumah itu ibarat merawat diri juga. Perlu kerja ektra. Rumah yang sering dirawat dan dipelihara oleh pemiliknya akan menjadi rumah yang nyaman.
Saya pernah dengar orang bilang, bahwa rumah jadi nyaman karena “keringat” penghuni yang ada di dalamnya. Ini memang benar. Perawatan rumah itu perlu kerja keras, keringat dan dilakukan terus menerus. Pernah lihat rumah yang terbengkalai ? Pasti pernah.
Rumah terbengkalai tersebut dipastikan karena tidak ada yang merawat, entah dengan berbagai macam alasan di baliknya. Terlepas dari ini semua, saya percaya, bahwa rumah yang terus dirawat dan dipelihara oleh pemiliknya, maka akan ada “aura” positif yang terpancar dari rumah itu.
Sewaktu lagi muda, mungkin kita masih ada tenaga dan waktu untuk memelihara rumah. Anggota keluarga masih lengkap dan masih bisa tolong menolong dalam merawat rumah. Atau bahkan ada asisten rumah tangga yang bisa membantu.
“Kerja keras” ini menghasilkan rumah yang terus bersih, terawat dan terlihat nyaman. Tidak heran, sewaktu anggota keluarga masih lengkap dan tinggal dalam satu atap, banyak yang melakukan renovasi terhadap rumahnya untuk penambahan ruangan, biasanya ruang tidur. Ini biasanya diperlukan karena anak-anak sudah mulai beranjak dewasa. Rumah yang tadinya “kecil” sekarang sudah menjadi lebih besar.