Pernahkah kita bertanya-tanya mengapa sebagian orang mampu mencapai kesuksesan luar biasa, sementara yang lain tampaknya sulit untuk berhasil? Jawabannya mungkin terletak pada pola pikir. Cara kita memandang diri sendiri dan potensi yang kita miliki sangat menentukan seberapa jauh kita dapat melangkah dalam hidup.
Ada sebuah ungkapan Latin, ad maiora natus sum, yang berarti "aku dilahirkan untuk hal-hal yang lebih besar." Meskipun terdengar asing, ungkapan ini menyiratkan pesan yang kuat, bahwa setiap orang memiliki potensi besar untuk mencapai tujuan hidup yang lebih tinggi. Pesan ini relevan bagi generasi muda Indonesia yang tengah menghadapi tantangan dan kebingungan identitas di tengah kemajuan teknologi yang begitu pesat. Banyak dari mereka memiliki mimpi yang luar biasa, namun sering kali ragu untuk memulai.
Indonesia sendiri memiliki sejarah panjang tentang semangat juang yang luar biasa. Semangat itu bisa dijadikan teladan bagi kaum muda saat ini untuk bangkit dan mengatasi tantangan yang dihadapi. Tak jauh berbeda dari semangat leluhur kita, ungkapan "ad maiora natus sum" dalam tradisi Romawi dulu mengingatkan para pemudanya tentang tanggung jawab dan kewajiban mereka terhadap kebesaran bangsa.
Bangsa Romawi mengutamakan nilai-nilai seperti keberanian, disiplin, dan dedikasi. Mereka percaya bahwa setiap orang lahir dengan kemampuan untuk mencapai sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri. Prinsip-prinsip ini tak jauh berbeda dengan semangat yang dimiliki para pahlawan dan pendiri bangsa kita. Nilai-nilai tersebut membentuk generasi muda mereka menjadi sosok yang berdedikasi membangun peradaban yang gemilang.
Dalam banyak hal, situasi yang dihadapi generasi muda Indonesia saat ini serupa dengan tantangan yang dihadapi pemuda Romawi dulu. Bedanya, generasi kita menghadapi tantangan di era global yang serba digital, di mana inovasi dan kemampuan adaptasi menjadi kunci. Generasi muda kita terus dituntut berkontribusi dalam berbagai bidang, beradaptasi dengan kemajuan teknologi, dan berperan aktif dalam kemajuan bangsa.
Nilai-nilai kuno ini semakin relevan di era modern, terutama ketika media sosial memudahkan kita terjebak dalam perbandingan sosial yang meruntuhkan kepercayaan diri. Ungkapan ini mengingatkan bahwa setiap individu memiliki potensi luar biasa untuk memberi dampak positif dan berkontribusi pada hal-hal yang lebih besar, melebihi kepentingan pribadi.
Generasi muda Indonesia saat ini memang menghadapi tantangan yang kompleks. Persaingan global yang ketat, kesenjangan digital, hingga isu perubahan iklim menjadi kenyataan yang perlu dihadapi. Filosofi ad maiora natus sum bukan sekadar slogan untuk memotivasi, melainkan pengingat bahwa setiap kesulitan adalah peluang untuk menunjukkan bahwa kita memiliki tujuan yang mulia dan bermakna.
Sebagai pengingat bahwa kita memiliki potensi yang luar biasa, ungkapan ini mengajarkan pentingnya menemukan tujuan hidup yang lebih tinggi. Ini bukan sekadar tentang popularitas atau kekayaan, melainkan tentang menemukan panggilan hidup kita dan memberikan dampak positif bagi orang lain serta lingkungan.
Semangat ad maiora natus sum tercermin dalam kisah hidup Santo Aloysius Gonzaga, seorang tokoh dari abad ke-16 yang mungkin belum banyak dikenal, namun penuh inspirasi. Aloysius lahir di tengah keluarga bangsawan Italia dan memiliki akses pada kehidupan yang serba mewah. Namun, alih-alih menikmati kemewahan tersebut, ia memilih jalan berbeda, masuk ke dalam Serikat Yesus untuk melayani sesama. Dedikasinya begitu besar, hingga pada usia yang masih sangat muda, ia terjangkit wabah saat merawat orang sakit dan meninggal di usia 23 tahun.
Pengorbanan dan kasih sayang yang dimiliki Aloysius memperlihatkan bahwa "hal-hal yang lebih besar" tidak selalu berupa kesuksesan duniawi, melainkan dapat berupa pengabdian dan perhatian pada mereka yang membutuhkan. Ia mengingatkan kita akan nilai-nilai seperti ketekunan dan kepedulian sosial yang tetap relevan hingga saat ini. Sikapnya yang berfokus pada kepedulian kepada orang lain adalah inspirasi bagi generasi muda masa kini yang mungkin tengah berjuang menghadapi tantangan di dunia kerja atau pendidikan.
Di era yang kian individualistik ini, kepedulian sosial adalah aspek penting yang perlu terus kita pegang. Aloysius mengajarkan bahwa hidup bukan hanya soal diri sendiri. Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, kita punya tanggung jawab untuk berkontribusi, baik dalam skala kecil di lingkungan sekitar, maupun dalam konteks yang lebih luas.