Mohon tunggu...
Franea
Franea Mohon Tunggu... Penerjemah - freelance

I was born to spread love

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Aetas Aurea: Mencari Kebahagiaan Sejati dalam Perspektif Stoik

21 Oktober 2024   23:45 Diperbarui: 22 Oktober 2024   00:31 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjelang akhir abad ke-16, filsuf Italia Giordano Bruno juga merujuk pada konsep kebebasan jiwa dan zaman damai dalam karya-karya terakhirnya. Bruno, seperti Stoik, meyakini bahwa manusia memiliki hubungan yang mendalam dan misterius dengan alam semesta, dan hanya dengan memahami posisi kita dalam kosmoslah kebahagiaan sejati dapat dicapai. Dia membahas gagasan ini secara mendalam dalam dialog-dialognya.

Bruno menyatakan bahwa akal dan kebajikan adalah sarana yang memungkinkan manusia membebaskan diri dari keterikatan material yang seringkali menjerat mereka. Konsep ini sejalan dengan pandangan Stoik tentang autarkeia, yaitu kemandirian batin yang memungkinkan seseorang hidup dalam kedamaian tanpa tergantung pada hal-hal eksternal. Dalam dialog-dialog terakhirnya, Bruno sering menekankan pentingnya kebijaksanaan dan bagaimana memahami hakikat dunia serta posisi manusia di dalamnya adalah satu-satunya jalan menuju kebahagiaan sejati.

Dalam konteks Renaisans Italia, pemikiran Giordano Bruno ini merupakan kelanjutan dari tradisi panjang filsafat Stoik yang diajarkan oleh tokoh-tokoh seperti Seneca, Epictetus, dan Marcus Aurelius. Diskusi tentang bagaimana manusia dapat mencapai kebahagiaan dalam hidup mereka tetap berfokus pada gagasan bahwa kebahagiaan sejati berasal dari ketenangan batin dan kehidupan yang dijalani dengan kebajikan.

Kesimpulan

Pembahasan ini menunjukkan bahwa konsep Aetas Aurea atau Zaman Keemasan bukan hanya sekadar legenda, tetapi juga simbol universal yang mencerminkan kerinduan manusia akan kebahagiaan sejati. Baik melalui mitologi Yunani dan Romawi, filsafat Stoik, ajaran Hindu dan Buddha, maupun tradisi Kristen, manusia selalu membayangkan masa di mana mereka dapat hidup dalam damai, kebajikan, dan bebas dari penderitaan.

Filsafat Stoik menawarkan perspektif praktis bahwa kebahagiaan tersebut tidak perlu menunggu kembalinya Zaman Keemasan; sebaliknya, itu dapat dicapai dengan hidup selaras dengan alam, menerima kenyataan, dan mempraktikkan kebajikan. Ketika kita melihat konsep zaman damai dalam berbagai tradisi, kita menyadari bahwa pencarian kebahagiaan sejati adalah pencarian yang universal dalam sejarah manusia.

Dengan kebijaksanaan, pengendalian diri, dan kehidupan yang dipenuhi kebajikan, seperti yang diajarkan para filsuf Stoik, kita dapat menciptakan Zaman Keemasan dalam diri kita sendiri, meskipun tidak hidup di era Aetas Aurea.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun