Mohon tunggu...
Franea
Franea Mohon Tunggu... Penerjemah - freelance

I was born to spread love

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Aetas Aurea: Mencari Kebahagiaan Sejati dalam Perspektif Stoik

21 Oktober 2024   23:45 Diperbarui: 22 Oktober 2024   00:31 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam konteks ini, Stoikisme menawarkan perspektif yang sejalan dengan Aetas Aurea: kebahagiaan sejati bergantung pada keseimbangan batin dan kebajikan, bukan pada situasi eksternal. Menurut Stoikisme, kebahagiaan berasal dari hidup dalam keselarasan dengan alam dan menerima segala sesuatu yang terjadi sebagai bagian dari tatanan alam semesta yang lebih besar. Inilah alasan mengapa pada zaman keemasan, manusia tidak bekerja keras atau mengalami penderitaan.

Kebajikan tidak hanya membawa kedamaian batin, tetapi juga membebaskan kita dari perbudakan materi dan keinginan yang tidak terkendali. Stoikisme meyakini bahwa kebebasan ini adalah jenis kebahagiaan tertinggi, yang jauh lebih penting daripada kemakmuran atau kenikmatan duniawi. Filsafat Stoik menyatakan bahwa meskipun Zaman Keemasan hanyalah sebuah mitos, kedamaian dan kebahagiaan yang digambarkan dalam mitos tersebut bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dicapai.

Konsep Zaman Damai dalam Agama Hindu dan Buddha

Di luar mitologi Yunani dan Romawi, konsep Zaman Damai atau Zaman Keemasan juga terdapat dalam agama-agama besar di seluruh dunia, seperti Hindu dan Buddha. Dalam tradisi Hindu, terdapat siklus waktu yang disebut Yuga, yang terdiri dari empat zaman: Satya Yuga (Zaman Kebenaran atau Zaman Emas), Treta Yuga, Dvapara Yuga, dan Kali Yuga. Satya Yuga, yang setara dengan Aetas Aurea dalam mitologi Yunani, adalah zaman di mana manusia hidup dalam kebajikan, kedamaian, dan harmoni dengan alam serta para dewa. Pada masa ini, tidak ada kebohongan, ketidakadilan, atau penderitaan. Setiap individu menjalani kehidupan yang saleh, tanpa keinginan material atau keserakahan. Kebenaran, atau dharma, menguasai seluruh dunia.

Demikian pula, dalam agama Buddha terdapat konsep Buddhaksetra, yaitu tanah suci atau dunia yang dipimpin oleh seorang Buddha yang telah tercerahkan, di mana semua makhluk hidup dalam kedamaian dan pencerahan. Zaman damai ini, yang disebut "Zaman Kebahagiaan," akan terjadi ketika ajaran Buddha diterapkan sepenuhnya, dan semua makhluk terbebas dari penderitaan. Hal ini menegaskan bahwa kebahagiaan sejati hanya dapat dicapai jika manusia memiliki pemahaman mendalam tentang dunia dan menjalani hidup sesuai dengan kebajikan.

Ajaran dari kedua agama ini, baik Hindu maupun Buddha, memiliki kesamaan dengan filsafat Stoik: kebahagiaan sejati berasal dari kehidupan yang sederhana dan penuh kebajikan, jauh dari ikatan material. Prinsip dasar kebahagiaan tetap sama, yaitu kehidupan yang dijalani dengan kesadaran, kebajikan, dan kedamaian batin.

Zaman Damai dalam Tradisi Kristen

Dalam tradisi Kristen, konsep Zaman Damai juga disebutkan, terutama dalam konteks kedatangan kembali Kristus dan pembebasan dunia dari kekuatan jahat. Dalam kitab Wahyu, tertulis bahwa Setan dan para pengikutnya akan dirantai selama seribu tahun, dan selama periode itu, akan ada kedamaian di dunia. Millennium ini adalah masa di mana orang-orang percaya akan hidup dalam kebahagiaan dan harmoni, bebas dari godaan Setan. Mereka meyakini bahwa penderitaan dan dosa akan hilang, sehingga umat manusia dapat menikmati kebahagiaan sejati dalam kehadiran Tuhan.

Selain itu, dalam iman Kristen terdapat pemahaman tentang Kerajaan Allah, yang merupakan visi masa depan di mana semua orang hidup dalam keadilan, cinta, dan kedamaian di bawah pemerintahan Tuhan. Gambaran ini mirip dengan Zaman Keemasan dalam berbagai mitologi, di mana manusia akan bebas dari penderitaan, dosa, dan kejahatan, serta hidup selaras dengan kehendak Tuhan.

Filsuf Kristen, Gioacchino da Fiore, dalam karyanya menggambarkan masa depan yang damai di mana Roh Kudus akan memimpin umat manusia ke dalam era pencerahan spiritual dan kedamaian abadi. Menurut da Fiore, kebahagiaan dan kedamaian sejati akan datang ketika manusia sepenuhnya menyerahkan diri kepada Roh Kudus dan hidup dalam kebajikan. Pandangan ini sejalan dengan gagasan Stoik bahwa kebahagiaan sejati berasal dari kebajikan, bukan dari materi atau kekuasaan duniawi.

Refleksi Stoik tentang Kebahagiaan dan Dialog Giordano Bruno

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun