Seluruh rakyat menyaksikan pada berbagai media keberangkatan perdana Presiden Jokowi keluar negeri bersama Ibu Negara menuju tiga Negara yang dalam catatan protokoler, salah satu acara penting adalah menjadi pembicara utama dalam KTT APEC di Beijing China.
Ada yang tidak lazim, ternyata anak bungsu Jokowi bernama Kahiyang Ayu ikut serta dalam tugas kenegaraan itu. Hal ini akan menjadi bahan pemberitaan yang bisa cukup seru, mengingat katanya Jokowi adalah sosok yang paling sederhana, paling minimalis tidak suka menggunakan fasilitas Negara untuk kepentingan pribadi dan keluarga. Malah pengawalan kenegaraan yang cukup banyak yang menurut Jokowi adalah hal yang harus dikurangi, karena merupakan pemborosan. Mobilpun disaat menjadi Gubernur DKI Jakarta Jokowi hanya menggunakan Kijang Inova. Sungguh suatu pencitraan yang diharapkan masyarakat saat itu. Tapi kini, setelah menjadi Presiden, Jokowi tidak bisa lagi sembarangan menggunakan alat transportasi, harus mengikuti program protokoler kepresidenan yang dipersiapkan untuk pengamanan. Mau tidak mau Jokowi harus mengikutinya.
Memang tidak ada aturan yang melarang anggota keluarga Presiden untuk ikut perjalanan kepresidenan ke luar negeri, akan tetapi secara moral yang telah disepakati karakter pencitraan Jokowi selama ini, mengajak anak bungsu dalam acara perjalanan kepresidenan keluar negeri adalah melanggar kesepakatan karakter yang telah dicitrakan oleh Jokowi sendiri. Kejadian inilah yang menjadi picu bahan pembicaraan diberbagai kalangan masyarakat yaitu keikut sertaan putri bungsu Kahiyang Ayu dalam rombongan kepresidenan.
Penilaian kalangan masyarakat kepada Jokowi setelah menjadi Presiden terlihat berbeda dengan pencitraan Jokowi selama sebelum menjadi Presiden. Kahiyang Ayu ikut serta dalam rombongan, bertugas sebagai apa dan untuk apa ? Ibu Negara kan, sudah ada pengawal pribadinya yang digaji oleh rakyat dan ikut serta mendampingi. Sedangkan semua masyarakat mengetahui bahwa anak bungsu Jokowi itu adalah sebagai putri dewasa yang tidak memiliki jabatan apapun dalam Negara. Sehingga semua orang bertanya-tanya manfaat apa yang bisa didapat dari putri bungsu Jokowi itu bagi kepentingan Negara. Pada sisi lain, Jokowi sangat membatasi para Menteri untuk mendampinginya, pada sisi lainnya yang antagonis, Jokowi malah mengajak putri bungsunya ke luar negeri yang tidak ada jabatan apapun. Citra negatif dalam masyarakat adalah Jokowi memanfaatkan fasilitas Negara untuk kepentingan anaknya. Masih ingatkah sumpah menjadi Presiden ? Apa filosofi dalam kandungan kalimatnya. Lalu apa makna filosofi Revolusi Mental yang selalu dicuatkan tanpa dimengerti sasarannya.
Kita ketahui bahwa perjalanan kenegaraan memakai pesawat khusus kepresidenan, mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, termasuk biaya dan fasilitas penginapannya di berbagai Negara yang dikunjungi. Yang terpenting adalah, setiap individu yang ikut rombongan kepresidenan keluar negeri bisa mendatangkan manfaat positif yang menguntungkan bagi Negara dan bangsa Indonesia, agar biaya perjalanan kepresidenan tidak menjadi sia-sia sekedar berkunjung saja. Tentu bagi Presiden ada pembicaraan antar pimpinan negara yang bisa mendatangkan manfaat bilateral atau multilateral. Bagi para Menteri yang mendampinginya tentu ada kesepakatan dan mafaat lainnya yang bisa menguntungkan Indonesia kedepan.
Kalau Kahiyang Ayu masih sebagai seorang anak kecil, keikut sertaannya tidak akan menjadi bahan pembicaraan khalayak masyarakat. Pesan proyeksi moral yang diterima masyarakat atas perjalanan Presiden Jokowi yang perdana ini keluar negeri, adalah ternyata Jokowi sudah tidak seperti pencitraannya selama ini sebelum menjadi Presiden. Jokowi sudah sangat bertentangan dengan Jokowi yang dahulu. (Francius Matu)
Tjahyo Kumolo Agama Boleh Kosong.
Kenapa Takut Kolom Agama di KTP.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H