Mohon tunggu...
Francius Matu
Francius Matu Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pemerhati lingkungan pembenci kemunafikan dan pembenaran.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mempertahankan Ahok, Lalu Menghujat yang Lain, Kalian Beradabkah?

8 Oktober 2016   15:19 Diperbarui: 8 Oktober 2016   17:11 1317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada beberapa tulisan yang sengaja di cuatkan dan dipaksa tulis oleh “kelompok dalam arti luas dan khusus” dari petahana DKI Jakarta menjelang Pilgub yang menyatakan isi dan makna berbagai tulisan di beberapa media sosial serta pertemuan massa lainnya yang tidak menyukai Ahok adalah sebagai yang tidak beradab.  

Memangnya kalian yang mendukung Ahok beradab ? Kaji diri dulu…… secara benar. Bagaimana busuknya dan buruknya cara cara yang dilakukan oleh berbagai kelompok hanya untuk mendiskreditkan dua cagub selain Ahok dengan berbagai kalimat hujatan serta pemikiran kotor. Apakah cara cara ini bisa dipandang beradab ? Mikir……mikir…….mikir.

Kita perhatikan gaya dan cara berkomunikasi Ahok yang sangat buruk, berbagai kata kotor sudah banyak keluar dari mulut Ahok dan itu sangat dicatat oleh masyarakat banyak. Inikah gaya dan cara keberadaban seorang pemimpin ibu kota Indonesia ? Sungguh sangat memalukan Indonesia dimata dunia. Hasil tampilan Ahok didalam banyak acara, gaya berkomunikasinya, adalah lambang pendidikan jangka panjang dari budaya lama yang dibiasakan dikalangan keluarga besar Ahok. Kita boleh tegas, lugas akan tetapi bisa menggunakan kalimat yang baik dan benar serta santun sehingga mudah dipahami oleh banyak orang. Bukan ucapan yang menggunakan kalimat yang akhirnya mengundang kontroversial serta memancing feedback hujatan baru dari masyarakat luas.  

Ucapan kasar dan tidak santun, adalah merupakan ucapan yang mengandung nilai buruk terhadap SARA serta digalang sambut melalui berbagai rumah doa tempat peribadatan dan selalu dikatakan merupakan janji Yang Maha Kuasa kata mereka. Sudah saatnya kita menguasai Indonesia dan ini atas izin Yang Maha Kasih, itu kata kelompok tertentu yang merasa paling beradab sedunia (Ini adalah kalimat SARA).  

Bahasa Ahok sangat kasar dan gampang marah serta bergaya arogan, dan itu melambangkan bahasa dan gaya orang orang yang tidak cerdas dan terdidik. Gaya berkomunikasi yang sangat kasar dan arogan akan menjadi contoh buruk bagi generasi bangsa Indonesia yang ramah tamah santun dan mulia ini.

Beradabkah dengan mengatakan surat Al Maidah 51 didalam Al Qur’an dibilang sebagai surat kebohongan maksud maknanya oleh Ahok ? Apa dasar kuat Ahok mengatakan surat Al-Maidah: ayat 51 mengandung kebohongan dan bisa dimanfaatkan untuk berbohong ?

Serta Ahok terlihat tidak mau tau dengan cara berkomunikasi yang menistakan surat Al Maidah 51 ? (Ini ucapan Ahok :"Bisa saja dalam hati kecil Bapak, Ibu enggak bisa pilih saya, ya kan dibohongin pakai surat Al-Maidah :51 macem-macem itu.”). Pantas saja banyak orang sekarang menjelang pilkada DKI Jakarta mencela Ahok yang gamblang  merasa benar sendiri berkata melecehkan Al Maidah 51. Didalam berkomunikasi sebaiknya Ahok lebih sopan dan santun. Ibarat kita bercermin jika senyum, bayangan kita pun senyum.  

Jangan merasa sangat dan paling beradab sedunia, padahal perilaku anda selama ini di wilayah NKRI sungguh sangat jauh kebawah dari nilai nilai keberadaban itu sendiri. Atau mengertikah anda sekalian terhadap kata “beradab” itu sendiri ? Bagaimana sebuah budaya asing yang dipaksakan eksis dengan segala kekuatan uang sehingga menjadi bagian budaya Nasional versi rekayasa agar bisa memunculkan citra palsu “toleransi dan asimilasi” seterusnya, ini dikatakan sebagai yang beradab ? Disamping itu ada budaya lokal yang perlu diadobsi secara sukarela serta dilakukan sebagai tanda ikhlas larut kepada sebuah bangsa dan suku bangsa dimana kita berada dan ini tidak mau dilakukan (merasa egois harkat diri lebih tinggi derajatnya), inikah keberadaban ? Justru sebaliknya sebagai budaya kebiadaban.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun