Mohon tunggu...
Francius Matu
Francius Matu Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pemerhati lingkungan pembenci kemunafikan dan pembenaran.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Kaku PDIP dengan KIH Bukti Tidak Hebat

8 Oktober 2014   15:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:54 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia Hebat menjadi Tidak Hebat. Selama ini PDIP merasa sebagai partai oposisi juga termasuk partai yang kadernya di DPR terbanyak melakukan korupsi diantara partai lainnya.  Keoposisiannya memang bisa menggelontor sebagian buruknya citra PDIP sehingga pada Pemilu 2014 PDIP menjadi partai pemenang tipis dan bisa menjadi partai pemerintah. Begitu juga dalam pilpres 2014, calon yang mereka usung juga mendapatkan suara tidak terlalu besar berkisar 57% dari pemilih sehingga bisa mencuatkan Jokowi-Jk menjadi presiden dan wakil presiden 2014-2019 melalui pemilihan yang cukup kontroversial dalam banyak rekayasa dalam cara pemilihan lumayan kotor.

PDIP menggagas Koalisi Indonesia Hebat (KIH) serta mencuatkan Revolusi Mental, ternyata dibuktikan dengan awal yang tidak hebat dalam revolusi mental mereka. Terbukti para petinggi PDIP tidak mampu melakukan berbagai strategi yang mampu untuk merangkul berbagai pihak, malah menampakkan ketidak mampuan revolusi mental mereka untuk menjalankan misi politik Indonesia Hebat yang bisa mengayomi seluruh komponen bangsa walaupun itu sebagai lawan politik. Keberhasilan politik yang dijalankan oleh para individu partai politik, seharusnya mampu menjalankan strategi politik yang bisa merangkul dan meyakinkan lawan politik dalam menjelaskan keseriusan untuk Indonesia Hebat. Ternyata PDIP bersama koalisinya, membuktikan ketidak mampuan terobosan politik mereka untuk gagasan yang mereka buat sendiri sebagai Indonesia hebat menjadi Indonesia tidak hebat.  Kekakuan politik yang dijalankan oleh para petinggi partai di PDIP sangat terlihat dalam kungkungan dan pengaruh pola pikir Megawati SP yang selama ini sangat kelihatan dengan kesombongan diri dan merasa besar sendiri dalam kenangan masa lalu sebagai anak presiden terkenal didunia. Hal inilah yang membentuk kontruksi kehambaran dan kekakuan perpolitikan Nasional. Seharusnya Megawati sebagai pemimpin panutan dan tertinggi pada partainya apalagi sudah sebagai partai pemerintah, sikap Megawati SP seharusnya move-on untuk dirombak menjadi sosok pribadi yang dapat mengayomi semua pihak sehingga dapat menimbulkan suasana politik yang lebih kondusif dan sehat kedepan. Kalau seperti sekarang ini seluruh rakyat prihatin atas sikap kekanak-kanakan para petinggi Partai yang menghambarkan, merendahkan kehidupan perpolitikan Nasional. Akibatnya seluruh rakyat Indonesia mempertanyakan kemampuan capaian Indonesia Hebat serta dapatkah diterapkannya revolusi mental dan tidakkah hanya sebagai pemanis bibir saja hanya teriak seloganis yang kosong melompong ?

Para anggota DPR-RI dari PDIP hanya bisa teriak-teriak lalu merusak secara signifikan keburukan citra para anggota DPR kita. Alasan mereka adalah karena teknis audio yang dimatikan sengaja. Tidakkah ada cara yang lebih elegan dengan menunjukkan sikap yang lebih bersahabat dengan partai yang mereka anggap lawan itu ? Sangat terlihat dari semua para anggota DPR dari PDIP diawal persidangan mereka sudah mengganggu dengan memperlambat kehadiran, mengisi absensi tetapi tidak hadir, disaat hadir dalam ruangan selalu memprotes berkepanjangan serta melakukan aksi tuding-tuding cara premanisme jalanan.  Dampaknya adalah disharmoni dikalangan anggota DPR. Apalagi tuduhan berlanjut dari Koalisi Indonesia Hebat kepada Koalisi Merah Putih dengan Koalisi Pendukung Prabowo, tidakkah juga Koalisi Indonesia Hebat bisa diplesetkan dengan Koalisi Pendukung JokoJukal ?

Dengan kenyataan penyaksian kita di DPR-RI dan MPR-RI, kita semua sangat prihatin apakah Indonesia akan bisa mempersiapkan, bebrbenah diri dalam menghadapi tantangan bangsa yang sangat berat dalam MEA 2015 dan Pasar Bebas 2020 kedepan. Kita sebagai bangsa Indonesia merasa gamang dan waswas atas kepemimpinan Jokowi-Jk karena Jokowi-Jk juga terpengaruh dengan pola strategi politik buruknya Megawati SP yang turut serta memperparah hubungan baik dengan apa yang mereka katakan dengan lawan politik terutama dengan Koalisi Merah Putih (KMP). Lawan politik bisa terjadi disaat Pemilu dan setelah Pemilu, tidak ada lagi lawan politik  dan otomatis lawan politik segera berakhir dan yang ada adalah partner politik untuk bersama-sama membangun bangsa dan Negara Indonesia untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. (Francius Matu)

Perusak Citra Legislatif

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun