Mohon tunggu...
Francius Matu
Francius Matu Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pemerhati lingkungan pembenci kemunafikan dan pembenaran.

Selanjutnya

Tutup

Money

Harus Waspada Terhadap Kenaikan Tajam Harga Beras

24 Februari 2015   00:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:38 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintah harus ada upaya, untuk segera mengimpor beras.

Pada akhir-akhir, sejak dua pekan ini, harga beras di Jakarta dan sekitarnya naik sebesar ±30% dari harga semula Rp. 10.000,-/Kg menjadi IR-64 Rp. 12.000,- s/d Rp. 13.000,-/Kg. Alasan kenaikan adalah karena banyaknya gangguan panen yang disebabkan kondisi tanah persawahan yang sudah sakit serta banyaknya hama wereng yang menyerang tanaman padi para petani disamping banjir dibeberapa daerah sehingga banyak yang gagal panen. Di pasar Cipinang Jakarta harga beras kualitas baik pandan wangi sudah seharga Rp. 14.000,- s/d Rp.16.000,-/Kg.

Walaupun operasi pasar sudah dilakukan oleh Pemerintah Daerah, harga beras dipasaran tetap tidak bergeming turun, mengingat stock dimasing-masing pedagang sudah menipis di 14.000 gudang para pedagang beras. Dugaan adanya penimbunan stock beras secara besar-besaran sudah terpantau, akan tetapi belum ada penindakan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. Intelijen ekonomi kita juga tidak berjalan atau masih wacana. BULOG juga tidak mampu untuk mengantisipasi gejolak meningginya harga beras ini, karena di Bulog juga stock menipis yang sekarang hanya tinggal 1,4 juta ton yang seharusnya stock normal BULOG sebanyak 2 Juta ton.

Kenaikan beras yang cukup mengejutkan ini, juga tidak luput dari semakin berkurangnya stock beras Nasional yang bisa mensupplai kedalam pasar, serta stock beras di gudang-gudang para pedagang beras juga semakin menipis. Akibat semua ini, permintaan beras semakin besar serta penawaran beras semakin kecil sehingga mau tidak mau harga melambung tinggi dan menjadi harga beras tertinggi selama sepuluh tahun terakhir.

Kenaikan spektakuler sebesar ±30% ini membuat Menteri Perdagangan Rahmat Gobel hanya bisa geram saja tanpa bisa membuat solusi penurunan harga beras dipasaran konsumen.

Usulan penulis adalah, Pemerintah seharus segera membuka keran impor yang dilakukan hanya oleh BULOG dengan pengawasan yang ketat untuk menghindari spekulasi para Mafia beras. Sebenarnya BULOG tinggal order per-online kepada Negara pemasok terdekat seperti Vietnam, Myanmar dan Laos dan hanya dalam 5 hari beras impor sudah bisa tiba di pelabuhan tujuan. (Francius Matu)

Tulisan Tidak HL-TA Bukti Kebodohan Kompasianer ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun