Musim menuai padi sudah selesai dilalui. Bagi masyarakat Dayak pada umumnya, dan kaum peladang khususnya, selesainya tahap menuai itu menandai akan tibanya salah satu momen penting dan sakral dalam kehidupan mereka sebagai peladang. Yakni pesta tutup tahun atau Gawai Dayak.
Ada beberapa kampung yang sudah melaksanakannya. Dan ada beberapa yang masih dalam masa penantian sembari mempersiapkan segala sesuatunya. Salah satunya dengan membuat tuak.
Tradisi syukuran panen ini biasanya berlangsung pada bulan Mei, Juni atau Juli, di mana salah satu alasannya bertepatan dengan liburan sekolah. Di Serawak, Malaysia, sendiri Gawai Dayak selalu dirayakan setiap tanggal 31 Mei-1 Juni.
Masyarakat Dayak patut bersyukur sebab mereka kembali bisa merayakan tradisi syukuran panen ini. Tiga tahun berturut-turut, akibat pandemi Covid-19, pesta adat ini mereka rayakan hanya terbatas untuk orang sekampung saja. Tidak mengundang sanak keluarga dan kerabat kenalan datang bertandang untuk turut bersukacita.
Hal itu mereka lakukan sebagai bentuk dukungan terhadap pemerintah dalam upaya memutus rantai penyebaran virus Covid-19.
Dalam subsuku Dayak yang masuk dalam rumpun Ibanik, kedatangan atau kehadiran sanak keluarga dan kerabat kenalan ini dikenal dengan istilah ngabang. Sedangkan mereka yang datang bertandang saat Gawai disebut pengabang.
Gawai dan tradisi ngabang memiliki jalinan yang sangat erat. Tak terpisahkan. Bagaikan dua sisi mata uang. Gawai akan terasa hambar tanpa kehadiran para pengabang.Â
Oleh karena itu, sebuah kampung yang akan mengadakan gawai adat jauh-jauh hari akan menginformasikan kepada sanak keluarga dan kerabat kenalan agar datang bertandang untuk turut bersukacita.
Tradisi ngabang tentu saja bukan sebuah fenomena sosial yang tanpa makna. Apa makna yang terkandung di dalamnya akan diuraikan setelah kita melihat apa yang menjadi tujuan diadakannya Gawai Dayak.
Sebagai puncak dari seluruh proses perladangan, tradisi syukuran panen ini pertama-tama bertujuan untuk mengucap syukur dan terima kasih kepada Yang Kuasa (Petara Yang Agung) yang selalu menyatakan pemeliharan-Nya atas hidup umat-Nya.