Penyerahan tugas pemeliharaan alam kepada manusia hendak menunjukkan bahwa manusia merupakan rekan kerja, "co-creator" Allah dalam melanjutkan karya Allah di dunia demi tercapainya kesejahteraan bersama. Sebagai "co-creator" Allah manusia menyadari, di satu sisi, hasil ladang yang baik merupakan penyelenggaran Ilahi, namun di lain sisi, juga bergantung pada usaha manusia sendiri. Manusia menjadi pengantara Allah dalam pemeliharaan dan perkembangan kosmos.
Paham manusia sebagai  "co-creator" Allah menyiratkan satu poin penting, yakni makna kerja bagi manusia. Manusia diciptakan untuk bekerja dan mengolah alam semesta. Bagi manusia, pekerjaan merupakan sebuah panggilan. Sebagai sebuah panggilan, manusia dengan kerja yang mereka lakukan hendak mewujudkan dan menyempurnakan martabat dirinya sebagai citra Allah.
Oleh kaum peladang, dalam bentuknya yang paling konkret, panggilan itu diwujudkan dalam perlakuan yang hormat dan beradat terhadap alam. Bila hendak dibahasakan secara filosofis, perlakuan yang demikian mau mengatakan bahwa berladang merupakan salah satu cara bagi kaum peladang dalam menjalani dan memaknai hidup yang diibaratkan sebagai sebuah karya seni (estetika eksistensi).
Dengan selalu membangun dan menjaga harmonisasi dengan Yang Mahakuasa (Petara Yang Agung), dengan sesama dan dengan alam, para peladang sedang berada dalam proses melukis eksistensi dirinya sebagai manusia. Dengan berladang, mereka sedang membentuk satu tipe atau model diri (mode of being). Dalam proses pembentukan diri itu, mereka menjadi individu yang tidak hanya mengikuti nafsu dan keinginan diri semata. Mereka menjadi pribadi yang tidak hanya memperhatikan diri sendiri dengan baik, tapi juga memperhatikan sesama dan juga alam.
Salam Anak Peladang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H