Sejenak bernostalgia...
Mengupas topik tentang suku Dayak Desa dengan segala kekayaan tradisi dan budayanya cukup menguras pikiran dan tenaga. Sekarang saatnya mengambil jeda sejenak sambil mengenang kembali masa-masa indah ketika dulu masih berada di Seminari Menengah St. Yohanes Maria Vianney  (2001-2004).
Ya. Tiga tahun menjalani masa pembinaan di Seminari Menengah memang telah menyisakan banyak kenangan indah, unik dan lucu yang akan selalu tersimpan rapi dalam ingatan.
***
Meski ada banyak kenangan yang indah, bukan berarti tanpa hambatan dan tantangan. Tantangan pertama yang harus saya hadapai ialah membangkitkan rasa percaya diri. First step never be easy.Â
Ungkapan ini sangat tepat dengan keadaan saya pada waktu itu. Saya mengibaratkan kehidupan awal saya di Seminari Menengah seperti seorang bayi yang baru belajar berjalan.
Layaknya seorang bayi yang masih sangat memerlukan bantuan orang lain, begitu pula dengan kehidupan awal saya di Seminari Menengah. Pertama kali hidup jauh dari orangtua dan sanak saudara merupakan alasan utama mengapa semua masih terasa sulit untuk dijalani.
Meski terlihat tidak mudah, berkat kegigihannya untuk belajar, seorang bayi pada akhirnya bisa berjalan sendiri. Demikian jugalah yang saya pikirkan pada waktu itu. Di tengah segala kegalauan, saya selalu memotivasi diri sendiri bahwa saya bisa mengikuti seluruh proses pendidikan dan pembinaan di Seminari.
Saya sudah berani memutuskan untuk mengayunkan langkah ke Seminari, maka saya harus berani juga agar langkah itu tetap tegak berjalan sampai tujuan akhir, yakni menjadi seorang pastor.
Keyakinan ini membuat saya menjalani rutinitas di Seminari dengan penuh ceria dan semangat. Namun, saya mengalami masalah yang cukup serius pada waktu itu, yakni soal kepercayaan diri. Meski selama masih di kampung saya sering mendapat tugas bacaan saat ibadat, masih saja saya gemetar dan keringat dingin ketika berbicara di depan teman-teman seminaris yang lain.