***
Upacara adat ini kaya akan simbol-simbol. Kita menjumpai ada angka 7. Lalu ada tempayan berisi beras yang disimpan di dalam sedung. Ada juga batu asah dan telur ayam.
Mengapa harus 7 kali? Angka 7, dalam Suku Dayak, mempunyai keistimewaan. Angka 7 merupakan angka yang sakral.
Mantra-mantra yang dilafalkan dalam ritual-ritual adat selalu diawali dengan berhitung sampai pada angka 7. Perhatikan contoh mantra/doa yang dihunjukkan kepada Petara Yang Agung pada saat warga hendak mulai membuka lahan untuk perladangan.
"Sak, dua, tiga, empat, limak, enam, tujuh,... Kami tuk kak kerja, nebas-nebang di tok. Kami suruh berkat, kami suruh selamat...dst ". (Artinya: "Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh,... Kami ini mau bekerja, menebas-menebang di sini. Kami mohon berkat, kami minta selamat.")
Lalu tempayan berisi beras apa maknanya? Sudah menjadi kebiasaan bagi orang Dayak menyimpan beras di dalam tempayan. Beras, bagi masyarakat Dayak, tidak hanya sebagai kebutuhan pokok.
Dalam banyak upacara adat, beras selalu digunakan. Ada, misalnya, beras kuning. Adalah beras yang telah dicampur dengan kunyit dalam suatu upacara dan disakralkan dengan mantra-mantra gaib seturut keperluan upacara adat.
Valentinus Saeng, dalam salah satu artikelnya, menyebutkan beberapa macam fungsi dari beras kuning: untuk meneguhkan hidup batiniah seseorang yang baru sembuh dari sakit atau terlepas dari kecelakaan, untuk menyumpahi orang yang tertangkap basah melakukan tindakan asusila dan kriminal tetapi tidak mengaku, menyucikan ladang dan tempat keramat, dll.
Sementara itu, batu melambangkan kerasnya niat dan usaha manusia untuk meraih suatu kebaikan serta tujuan hidup. Sedangkan telur ayam kampung yang berisi kehidupan, dia akan diinjak lalu tercurah ke bumi. Ini mengandung harapan agar bumi (tanah) Â selalu subur. Dengan demikian, mendatangkan kesejahteraan bagi manusia.