Siang hari itu cuaca cukup terik, aku sedang berada di kamar saat tiba-tiba kudengar sebuah bunyi gemeresik di halaman belakang rumahku. Siang yang sepi, sehingga telingaku dapat dengan mudah menangkap bunyi itu. Sebuah bunyi kecil dan berirama. Merasa ingin tahu bunyi yang tidak biasa itu, aku lalu mengintip melalui jendela kamarku.
Tidak ada sesuatu yang asing kulihat di luar sana saat aku menyibak tirai jendela, selain seekor burung kecil berwarna biru dan kuning yang hinggap di atas besi pengaman halaman belakang rumah.
Warna burung itu menarik perhatianku. Walau setiap hari ada cukup banyak burung liar yang beterbangan di alam sekitar dan hinggap di pepohonan di daerah tempatku tinggal, tapi burung kecil dengan warna yang indah itu belum pernah aku melihatnya sehingga aku tertarik untuk terus mengamatinya.
Hewan kecil itu sedang mematuk-matuk sesuatu, yang setelah kuperhatikan lebih seksama ternyata adalah secarik sisa kertas layang-layang yang pernah tersangkut di rangkaian besi-besi itu. Dari sanalah bunyi itu berasal.
Tidak lama burung itu bertengger di sana, ia kemudian terbang, pergi dengan membawa secuil kecil kertas lusuh itu.
Kupikir hanya sekali itu saja ia datang, tapi ternyata keesokan harinya aku melihat hewan mungil itu lagi. Ia kembali datang dan melakukan hal yang sama lagi. Mematuk-matuk sisa kertas menggunakan paruhnya yang kecil, berusaha melepaskannya dari sela besi-besi panjang itu dengan sekuat tenaga.
Kali ini ia bahkan datang dan pergi hingga tiga kali dalam selang waktu yang tak terlalu lama, sambil terus membawa pergi potongan-potongan kecil kertas yang berhasil ia lepaskan. Ia tidak terganggu saat aku datang mendekat untuk mengamatinya lebih jelas.
Burung ini tentu sedang membuat sarang, pikirku. Ia sedang mengumpulkan benda-benda yang berhasil ditemukannya yang bisa dibuat menjadi sarangnya. Setahuku, melalui artikel pengetahuan umum yang pernah kubaca, selain ranting, rumput, dan daun kering, burung juga membangun sarang mereka dari hampir semua bahan yang bisa mereka dapatkan. Mulai dari bulu binatang lain hingga serpihan plastik. Burung akan menggunakan apa saja yang bisa mereka ambil dengan paruhnya untuk membentuk fondasi sarang mereka.
Makhluk kecil itu pun masih datang lagi pada hari berikutnya, paruhnya kembali menarik-narik kertas di tempat yang sama dan segera membawanya pergi begitu ia berhasil melepaskannya. Namun, kemunculannya kali ini tidak hanya membuatku sekadar mengamati gerak-geriknya yang lucu serta keindahan warnanya seperti sebelumnya. Apa yang dilakukannya itu tiba-tiba saja membuatku tersadar akan suatu hal.
Tiga hari burung itu datang dan pergi, melakukan hal yang sama, mengambil potongan-potongan kertas yang sangat kecil, sedikit demi sedikit dengan usaha dan tenaga yang dimilikinya. Burung itu melakukannya dengan tekun, sabar, dan rajin.