ASYIKNYA PERTAMA KALI BELAJAR BAHASA MANDARIN: MAHASISWA GIAT 9 KKN UNNES KENALKAN BAHASA MANDARIN DENGAN MEMBUAT GELANG SIMPUL RUYI KHAS CHINA.
Dalam upaya memperkenalkan dan mempromosikan bahasa Mandarin sebagai bahasa internasional kepada masyarakat, khususnya anak-anak, mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) yang tergabung dalam Giat 9 Desa Karangkepoh, Kabupaten Boyolali melaksanakan dua kegiatan menarik yang memadukan pendidikan bahasa dan budaya. Kegiatan ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang bahasa Mandarin dengan pendekatan yang menyenangkan dan penuh makna.
Pada hari Minggu, 7 Juli 2024, anak-anak di TPA Al-Istiqomah Gunung Sari RT 02/01 menyambut mahasiswa KKN Unnes GIAT 9 Desa Karangkepoh dengan antusiasme yang tinggi dalam sesi pembelajaran “Pengenalan Bahasa Mandarin”. Acara ini dirancang untuk memperkenalkan bahasa Mandarin kepada anak-anak dengan cara yang interaktif dan menarik. Melalui permainan bahasa, dan aktivitas interaktif, anak-anak diperkenalkan pada kosakata dasar serta frasa sederhana bahasa Mandarin. Pendekatan ini dirancang untuk membuat anak-anak merasa nyaman dengan bahasa Mandarin dan menghilangkan kesan bahwa belajar bahasa Mandarin adalah hal yang sulit dan membosankan. Dalam kegiatan ini, mahasiswa KKN Unnes GIAT 9 Desa Karangkepoh tidak hanya berperan sebagai pengajar tetapi juga sebagai fasilitator yang aktif. Dengan menggunakan metode pembelajaran kreatif untuk menarik perhatian anak-anak dan memastikan bahwa mereka tidak hanya belajar bahasa tetapi juga menikmati proses belajar. Dengan pendekatan yang menyenangkan, anak-anak didorong untuk berbicara dan berlatih bahasa Mandarin secara langsung, memberikan mereka kesempatan untuk membiasakan diri dengan bahasa tersebut dalam konteks yang tidak formal.
Sebagai kelanjutan dari kegiatan pembelajaran bahasa Mandarin, pada hari Sabtu, 13 Juli 2024, di tempat yang sama, diadakan kembali pelatihan pembuatan “Gelang Simpul Ruyi” yang merupakan aksesoris tradisional Tiongkok. Gelang Ruyi dikenal memiliki desain yang melambangkan harapan, kebahagiaan, dan keberuntungan. Kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk mengajarkan keterampilan pembuatan gelang, tetapi juga untuk memberikan wawasan mendalam tentang budaya Tiongkok melalui praktik langsung. Selama pelatihan, anak-anak diperkenalkan pada teknik dasar dalam membuat gelang Ruyi. Mereka diajarkan mulai dari pemilihan benang yang tepat, pola pembuatan, hingga teknik membuat simpul yang mudah.
Berikut adalah tutorial pembuatan gelang Ruyi:
- Siapkan tali kur (50 cm), gunting, dan korek api.
- Tekuk tali menjadi dua bagian. Ambil salah satu bagian dan tekuk 5 cm dari ujungnya.
- Jepit ujung tali dengan jari dan buat lingkaran. Masukkan ujung tali ke dalam lingkaran.
- Tarik tali perlahan hingga membentuk simpul, kemudian buat lingkaran kedua di bawah lingkaran pertama.
- Masukkan ujung tali ke dalam lingkaran kedua dari bawah dan masukkan tali dari atas lingkaran pertama, kemudian tarik perlahan.
- Tarik kedua ujung tali secara bergantian hingga simpul rapat dan membentuk pola.
- Buat lingkaran kecil pada tali yang tersisa dan masukkan sisa tali ke dalam lingkaran besar dua kali, kemudian dikencangkan.
- Ikat kedua ujung tali dengan simpul biasa, sesuaikan panjangnya agar gelang dapat dipakai di pergelangan tangan.
- Potong sisa tali dan bakar ujungnya agar tidak terurai.
- Gelang siap untuk dipakai
Proses ini memberikan mereka pengalaman praktis dalam membuat aksesoris yang tidak hanya indah tetapi juga sarat makna. Mahasiswa KKN Giat 9 dari Desa Karangkepoh memandu setiap langkah dengan penuh kesabaran, menjelaskan setiap detail proses pembuatan sambil memberikan konteks budaya yang mendalam tentang makna desain Ruyi dalam tradisi Tiongkok.
Selain belajar membuat gelang, anak-anak juga diberi penjelasan mengenai simbol di balik desain Ruyi. Mereka diberitahu bahwa desain ini melambangkan harapan baik dan keberuntungan. Dengan memahami makna di balik gelang yang mereka buat, anak-anak tidak hanya belajar keterampilan baru tetapi juga mendapatkan apresiasi yang lebih dalam terhadap budaya Tiongkok. Kegiatan ini berhasil memadukan pembelajaran bahasa Mandarin dengan praktik budaya yang konkret, memberikan anak-anak pengalaman yang berharga dan menyenangkan. Melalui kegiatan ini, mahasiswa Unnes tidak hanya menyebarluaskan pengetahuan tentang bahasa Mandarin tetapi juga berkontribusi pada pelestarian dan pemahaman budaya Tiongkok. Pendekatan ini menunjukkan bagaimana pendidikan bahasa dapat dilakukan dengan cara yang kreatif dan menginspirasi, menjembatani gap budaya, dan mempromosikan pemahaman lintas budaya yang lebih dalam.
Keterlibatan langsung dalam pembuatan gelang dan pengetahuan yang didapatkan tentang budaya Tiongkok memberikan dampak positif yang mendalam bagi anak-anak. Mereka tidak hanya belajar bahasa baru tetapi juga memperoleh keterampilan praktis dan pemahaman budaya yang memperkaya perspektif mereka. Kegiatan ini adalah contoh nyata bagaimana integrasi antara bahasa dan budaya dapat menciptakan pengalaman belajar yang holistik dan menyenangkan, serta memberikan kontribusi positif bagi pengembangan pribadi dan pemahaman global anak-anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H