Judul: "Where Is the Love?" -- Refleksi dan Relevansi di Tengah Kompleksitas Dunia Saat Ini
Pada tahun 2003, grup band The Black Eyed Peas merilis sebuah lagu yang berjudul "Where Is the Love?". Lagu tersebut bukan termasuk dalam kategori musik romantis atau lagu yang berisi cerita kisah cinta seorang pemuda atau pemudi, melainkan lagu ini menghadirkan kritik tajam terhadap situasi sosial dan spiritual.Â
Pada saat itu, khususnya di Amerika Serikat tempat mereka berasal, dan bukan hanya itu. Â Lirik-liriknya sangat menyoroti berbagai masalah sosial, mulai dari kekerasan, diskriminasi, hingga kesenjangan sosial. Â
Secara keseluruhan, lagu ini mengajak pendengarnya untuk merenungkan kondisi dunia dan mempertanyakan ke mana perginya cinta dan empati di tengah situasi yang semakin chaos.
Lagu ini diciptakan untuk menyuarakan keresahan tentang kekerasan yang terjadi di seluruh dunia, dengan kalimat, "People killing, people dying, children hurting, I hear them crying." Â melalui lagu ini kita diajak untuk memandang kenyataan pahit yang sering terjadi di sekitar kita, bahkan ketika kita melihat berita di media sosial atau televisi, tidak jarang kita menemukan berbagai tragedi seperti konflik bersenjata, diskriminasi, ketidakadilan, dan penderitaan yang dialami oleh banyak orang, dan lagu ini seakan mencerminkan keresahan yang sering kita rasakan ketika melihat ketidakadilan sosial tersebut.
Dalam konteks Indonesia sendiri, pesan ini sangatlah relevan. Kita masih menyaksikan berbagai masalah terjadi di negeri kita tercinta, seperti intoleransi, kemiskinan, dan ketidak seimbangan perekonomian, begitu banyak kejadian yang membuat kita bertanya-tanya: Di manakah cinta dan kepedulian sekarang? Kesenjangan, Intoleransi telah kehilangan nilai-nilai kemanusiaan, dan hal tersebut menjadi salah satu poin penting yang disorot dalam lagu ini. Â
"If you only have love for your own race, then you only leave space to discriminate," begitulah salah satu lirik yang menekankan bahwa cinta yang eksklusif justru menimbulkan sebuah ke diskriminasian.Â
Hal Ini menjadi pengingat bagi kita untuk membuka hati dan menerima perbedaan sebagai bagian dari kehidupan bersama. Â Di Indonesia, isu intoleransi menjadi salah satu tantangan terbesar yang sering terjadi, perbedaan antar suku, agama, dan budaya seharusnya menjadi kekayaan yang harus dirayakan, namun faktanya, justru menjadi pemicu konflik dan perpecahan.
Dalam salah satu lirik lagu ini, mereka juga mengarahkan kritik yang tajam khususnya kepada orang-orang Kristen, karena terdapat perkataan yang sangat spesifik dan hanya bisa ditemukan didalam Alkitab, perkataan tersebut adalah "Or would you turn the other cheek?" Apakah kamu bisa memberikan pipi kananmu (menyodorkan pipi yang lain ketika salah satu pipimu ditampar?) Â
Jelas perkataan ini mengacu kepada apa yang telah Yesus ajarkan didalam Matius 5:39, ini adalah sebuah frasa yang menunjukkan keunikan ajaran Kristen dalam menanggapi kekerasan dan kebencian. Â
Salah satu lirik yang lain juga menjadi sebuah sorotan sekaligus pertanyaan yang diajukan kepada kita (setiap orang percaya): "Can you practice what you preach" Apakah kamu dapat mempraktikkan ajaran yang kamu khotbahkan? Â Ini merupakan tamparan mendalam bagi setiap hamba Tuhan dan pengkhotbah Kristen, termasuk televangelist yang populer pada masa itu.